Sahabat Yang Baik
18/07/2020
Kuasailah Lidah!
21/07/2020

Teladan Dalam Perkataan

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12)

Bacaan : 1 Timotius 4:12

Tema renungan SABDA Minggu ini adalah “Baik dan Sedap Didengar” yang bertujuan mengajak kita memahami bahwa mengucapkan perkataan yang baik dan sedap didengar adalah salah satu cara hidup bersaksi di tengah dunia ini; memahami bahwa perkataan yang baik dan sedap didengar adalah perkataan yang sesuai firman Tuhan, membangun, dan mendatangkan kebaikan bagi orang lain; berkomitmen untuk menjadi abdi Tuhan yang menguasai lidah sehingga setiap perkataan kita sesuai firman Tuhan, membangun, dan mendatangkan kebaikan bagi orang lain.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita memang dituntut untuk menjadi teladan atau kesaksian bagi orang-orang di luar Tuhan, salah satunya melalui ucapan mulut kita. Namun kenyataannya, tidak sedikit orang Kristen ketika berada di luar gereja tidak dapat menguasai mulutnya. Mereka masih suka mengumpat, memaki-maki orang lain, berkata-kata kasar, berbicara jorok, bergosip, atau bahkan menyebarkan berita bohong atau hoax. Bagaimana mungkin kita dapat menjadi teladan atau saksi Kristus jika masih berlaku seperti ini?

Di dalam suratnya kepada Timotius, anak rohaninya, rasul Paulus juga mengingatkan hal yang sama. Ia menasehati Timotius agar dapat menjadi teladan bagi orang-orang percaya yang dilayaninya, termasuk teladan dalam perkataan: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Tim. 4:12b). Kata “teladan” di ayat ini menggunakan kata Yunani tupos yang berarti: model, gambar, ideal, atau pola. Jadi menurut rasul Paulus, sebagai gembala sidang, Timotius harus menjadi contoh dalam segala bidang kehidupan sehingga orang-orang di sekitarnya dapat mengatakan, “Orang ini telah menjalankan hidup saleh yang layak dicontoh”.

Bagaimana dengan diri kita selama ini? Sudahkah kita menjadi teladan dalam perkataan kita tatkala berada di rumah, di kantor, di lingkungan tempat tinggal kita, di tengah masyarakat, di manapun kita berada? Saat kita berelasi dengan orang-orang di sekitar kita, sudahkah kita berkata jujur dan penuh kasih, “berpegang kepada kebenaran di dalam kasih”? Semoga jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah “Sudah!”. (Bo@)

“Berteladan Dalam Perkataan Membutuhkan Latihan Yang Keras”