“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35)
Bacaan : Markus 1:29-39
Berapa banyak waktu yang kita sediakan untuk melakukan hal-hal rohani setiap harinya? Di sebuah seminar dengan tema “TIME”, seorang pembicara mengajak semua peserta untuk mencatat semua kegiatan mereka selama 24 jam. Hasilnya sungguh mengagetkan! Dari catatan mereka, didapati bahwa kebanyakan waktu mereka hanya dipergunakan untuk kesibukan di kantor, jalan-jalan, nonton TV, melihat ponsel, dan mengantar anak ke sekolah. Lalu, bagaimana dengan kehidupan rohani? Membaca Alkitab, berdoa dan melakukan pelayanan? Hanya sebagian yang mencatat hal itu. Itu pun kebanyakan hanya dilakukan pada hari Minggu.
Tuhan Yesus Kristus adalah salah seorang tersibuk pada masa kehidupan-Nya di dunia. Ke mana Ia pergi, orang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Bukan saja mereka datang untuk mendengar pengajaran-Nya, mereka pun datang untuk menerima kesembuhan. Singkat kata, semasa hidup-Nya di dunia, Yesus Putra Allah dikelilingi dan didesak oleh orang-orang yang datang membawa kebutuhannya. Namun, sebagaimana Alkitab katakan, Ia tetap fokus dan berimbang. Ia tidak terlihat stress, cemas, atau tertekan. Pertanyaannya: Bagaimanakah Tuhan Yesus menghadapi tekanan sebesar itu? Apakah kiat-Nya sehingga Ia tidak stress dan lepas fokus?
Markus 1:35-39 mencatat suatu kejadian dalam kehidupan Yesus. Dikatakan pada saat pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Tuhan Yesus bangun dan pergi untuk berdoa. Padahal Ia dalam kondisi yang letih karena hari-hari sebelumnya Ia begitu sibuk bahkan hingga malam (ay. 33). Meski demikian, semasa masih subuh, Ia sudah bangun dan berdoa. Kesibukan tidak menghalangi-Nya untuk tetap menjalin kedekatan dengan Bapa di Surga.
Kesibukan seringkali menjadi alasan kebanyakan orang percaya untuk mengabaikan kehidupan rohani mereka. Namun firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa apapun kesibukan kita, jangan pernah lalai untuk membangun kehidupan rohani kita dengan bersaat teduh, berdoa, dan merenungkan firman Tuhan setiap hari. Percayalah, kita akan menerima kekuatan dan hikmat dari Tuhan bila melakukannya dengan rutin. Bila Tuhan Yesus yang adalah Allah saja tidak pernah mengabaikan hubungan pribadi-Nya dengan Bapa di Surga, bukankah kita pun seharusnya mengutamakan hal ini juga? (Bo@)
“Persekutuan Dengan Tuhan Harus Menempati Urutan Teratas Prioritas Hidup”