“Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” (Yohanes 8:29)
Bacaan : Yohanes 8:25-32
Dalam suatu perlombaan, setiap peserta dituntut untuk fokus dalam pertandingan agar dapat menjadi juara. Coba bayangkan, bila ada seorang peserta dalam perlombaan lari, pandangan tertuju pada kepada penonton atau apapun di sekitarnya, bukan kepada garis akhir yang menjadi tujuannya. Tentu hal itu akan mempengaruhi kecepatannya dalam berlari dan dia pasti akan tertinggal dari pelari lainnya. Sebaliknya, jika ia tetap fokus kepada garis akhir (finish) yang menjadi tujuannya, terus berlari dengan gigih maka ia dapat menyelesaikan perlombaan larinya, bahkan bisa jadi dialah juaranya.
Fokus, tidak hanya dibutuhkan dalam perlombaan semata, tetapi juga dalam menjalani kehidupan sehari-hari; baik di tengah pekerjaan, keluarga, atau apapun yang kita kerjakan agar kita memperoleh hasil yang maksimal. Fokus dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan, baik yang bersifat jasmani, terlebih lagi rohani. Fokus dalam kehidupan rohani tidak berarti kita harus meninggalkan keluarga, pekerjaan, atau bisnis kita; melainkan kita melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan (Lih. Kol. 3:23).
Salah satu kendala mengapa kita tidak dapat fokus dalam hal rohani menurut John P. Robinson, yang sering disebut “guru rohani” Amerika adalah karena “terlalu banyaknya pilihan” yang tersedia untuk mengisi waktu. Apalagi jika identitas kita didasarkan pada aktivitas, maka kita bertindak atas dasar prinsip, “Semakin banyak yang kita kerjakan, semakin berarti diri kita”. Kemudian kita kepayahan dan diri kitalah sumbernya.
Apa jadinya jika selama hidup di dunia Tuhan Yesus tidak fokus dengan tujuannya untuk melakukan kehendak Bapa di Surga? Bisa jadi sebagai manusia sejati, Ia juga kewalahan oleh banyaknya orang-orang yang membutuhkan-Nya, serta tugas-tugas penuh tuntutan yang dihadapi-Nya. Meski demikian, aktivitas-Nya selama di dunia tidak kacau. Mengapa? Karena setiap hari, Ia selalu menjalin komunikasi dengan Bapa di Surga sehingga Ia tahu apa yang harus dilakukan dan menyelesaikan semua kehendak-Nya hingga mati di atas kayu salib. Ia tahu bahwa Allah Bapa menyertai dan tidak membiarkan-Nya sendiri.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk memusatkan perhatian kepada Tuhan agar kita dapat menyelesaikan kehendak Allah Bapa dalam kehidupan kita masing-masing. Marilah, mulai hari ini kita kembali fokus pada kehendak-Nya atas kita! (Bo@)
“Kehendak Allah Terlihat Jelas Saat Kita Memusatkan Perhatian Pada-Nya”