“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3:1-2)
Bacaan : Kolose 2:16-3:4
Tema renungan SABDA Minggu ini adalah “Fokus Perkara yang Di Atas!” yang bertujuan mengajak kita memahami bahwa sebagai orang-orang percaya tebusan Tuhan; kita harus menilai, mempertimbangkan, dan memikirkan segala sesuatu dari sudut pandang kekekalan; kita memahami bahwa memikirkan perkara yang di atas berarti mengisi pikiran kita dengan kebenaran firman Tuhan sehingga ‘semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, dan patut dipuji’, itulah yang terkandung dalam pikiran kita. Hal ini akan terefleksikan di setiap tindakan sehari-hari sehingga perbuatan kita akan selaras firman Tuhan. Semakin pikiran diperbaharui firman Tuhan, semakin terkikis pula tabiat lama kita. Kita juga diajak untuk berkomitmen menjadi abdi Tuhan yang menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus sehingga layak di hadapan-Nya.
Apa yang dimaksud dengan “perkara di atas” di sini adalah perkara-perkara surgawi yang mendasar bagi kehidupan di dunia ini. Misalkan, jika kita menyadari bahwa roh kita kekal dan suatu hari kelak kita harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita kepada Tuhan, maka kesadaran itu akan mempengaruhi cara hidup, gaya hidup, tingkah laku, perkataan, dan pikiran kita.
Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, Rasul Paulus mengingatkan setiap orang percaya bahwa karena kita sudah dibangkitkan bersama Kristus, maka kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas (ay. 1-2). Kita sudah disatukan dengan Kristus bersama kematian-Nya (ay. 3), maka pikiran dan hati kita sudah seharusnya disesuaikan dengan pikiran dan hati Kristus. Hidup kita hanya untuk menyenangkan hati Allah dan melakukan kehendak-Nya, yaitu hal-hal yang mulia dan bernilai kekal. Oleh sebab itulah di Galatia 2:20, Paulus mengatakan, “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”.
Saat ini, kita memang masih tinggal di dunia, meski demikian yang terpenting adalah kita tetap harus mengarahkan hidup, pikiran, dan hati kita kepada dunia yang di atas. Kepala kita di sana, rumah kita di sana, harta kita di sana, dan kita berharap supaya berada di sana untuk selama-lamanya bersama Tuhan dan segala kemuliaan-Nya. (Bo@)
“Pandanglah Hidup Ini Dari Sudut Pandang Surgawi!”