“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16)
Bacaan : Efesus 5:15-16
Adelaida Blanton bercerita tentang suatu “aturan lima menit” yang diberlakukan di rumahnya ketika ia masih kecil. “Maksudnya”, ia menjelaskan “bahwa kami semua harus sudah siap berangkat sekolah lima menit sebelum benar-benar berangkat”.
Keluarga kami keluarga besar dan lima menit waktu ekstra tersebut adalah waktu doa bagi Ibu dan kami, anak-anaknya. Tempatnya adalah di manapun Ibu berada ketika kami semua siap berangkat. Terkadang di dapur, terkadang di ruang keluarga, atau bahkan di teras depan. Tetapi kami semua bersujud sementara Ibu memohon berkat bagi kami masing-masing dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan-Nya. Seringkali seluruh nama kami disebut dan berkat-berkat khusus dimintakan bagi kami masing-masing.
“Kalau seorang anak di lingkungan kami mampir untuk berangkat sekolah bersama kami, mereka pun diikutsertakan dalam doa Ibu. “Setelah Ibu selesai berdoa, kami masing-masing dikecupnya, baru berangkat”. “Itulah lima menit yang penting bagi setiap kami”.
Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau pun anak-anak gelap. Berdasarkan perkataan Paulus, kita melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini dilihat berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Karena orang percaya telah menerima terang maka orang percaya harus berjalan sesuai terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal (ay. 15). Hidup orang arif adalah memanfaatkan waktu semaksimal mungkin bagi kemuliaan Tuhan (ay. 16). Mengapa kearifan dikaitkan dengan pemanfaatan waktu? Sebab setiap hari kita bisa saja tergoda memanfaatkannya untuk kesenangan dan kepentingan diri, bukan kepentingan Tuhan. Kepentingan Tuhanlah yang harus menjadi prioritas kita dalam mempergunakan waktu.
Apa yang sedang dan akan kita perbuat dan kerjakan dalam waktu hidup yang singkat dan terbatas ini, secara khusus untuk anak-anak kita? Tidak adakah waktu “lima menit” yang dapat kita luangkan setiap harinya, waktu yang lembut serta kudus bersama anak-anak kita untuk bersama mendekat kepada Tuhan sehingga sedari kecil mereka sudah belajar hidup bersandar kepada Tuhan? Pastikan mereka memiliki “waktu” itu! (Bo@)
“Ajarlah Kami Menggunakan Waktu Dengan Bijaksana!”