“Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.” (Roma 1:1)
Bacaan : Roma 1:1-7
Dalam percakapan sehari-hari terkadang kita menjumpai orang-orang yang mengungkapkan jati dirinya dengan tidak lugas. Misalkan seseorang mengaku dirinya berasal dari Kota Semarang, tetapi ketika ditanya lebih rinci Semarang bagian mana, ia justru menjawab dari Semarang wilayah Demak. Kita ketahui bersama bahwa Demak bukanlah bagian dari wilayah Kota Semarang. Ia berkata demikian karena Demak bukanlah kota besar, dan kemungkinan ia malu mengakui berasal dari sebuah kota kecil. Padahal berasal dari kota kecil bukanlah sesuatu yang buruk yang harus ditutup-tutupi. Ada juga orang-orang yang tidak lugas mengungkapkan profesinya. Ketika ditanya bekerja di bagian apa, maka dijawab bekerja sebagai staf serba usaha. Tentunya jawaban itu membuat setiap orang yang mendengarnya menjadi bingung. Ternyata yang dimaksud dengan staf serba usaha adalah O.B. alias Office Boy. Padalah profesi sebagai O.B. bukanlah profesi yang hina.
Pada awal suratnya, seperti pada surat-suratnya yang lain, Rasul Paulus mengemukakan identitasnya sebagai rasul Yesus Kristus. Identitas sebagai rasul atau murid yang langsung dipilih oleh Sang Guru adalah sesuatu yang membanggakan. Paulus secara langsung dipilih oleh Tuhan Yesus melalui peristiwa penampakan dalam rupa cahaya yang menyilaukan dan suara Kristus dalam perjalanan ke Damsyik. Namun dalam surat Roma, secara khusus Paulus mengemukakan juga identitasnya sebagai seorang hamba, yaitu hamba Yesus Kristus. Identitas sebagai seorang hamba sebenarnya adalah sesuatu yang memalukan, tidak patut untuk disebarluaskan. Tetapi mengapa Rasul Paulus justru mengungkapkan identitasnya sebagai seorang hamba atau abdi Kristus? Hal itu tidak lain tidak bukan karena identitas sebagai abdi Kristus adalah sesuatu yang membanggakan. Ketika kita mengaku diri sebagai abdi Kristus maka sebenarnya kita sedang bersaksi bahwa Yesus Kristus Sang Putra Allah telah menebus kita dari kuasa dosa. Status kita adalah milik Allah bukan milik kuasa dosa atau maut. Banyak orang Kristen yang menutup-nutupi statusnya sebagai abdi Kristus di tengah-tengah pergaulan sehari-hari. Menurut teladan Rasul Paulus hari ini mari kita belajar untuk tidak menutup-nutupi identitas kita sebagai Abdi Kristus. (AP)
“Menjadi Seorang Abdi Kristus Adalah Suatu Kebanggaan”