“Dan sekarang, Aku menyerahkan segala negeri ini ke dalam tangan hamba-Ku, yakni Nebukadnezar, raja Babel; juga binatang di padang telah Kuserahkan supaya tunduk kepadanya.” (Yeremia 27:6)
Bacaan : Yeremia 27:6
Nebukadnezar II adalah penguasa Kekaisaran Babilonia Baru dalam Dinasti Kasdim yang berkuasa 605 SM – 562 SM. Ia naik tahta menggantikan ayahnya, Nabopolassar, yang meninggal pada tahun 605 SM. Sebagian riwayat kehidupannya disebutkan dan dicatat dalam Perjanjian Lama, antara lain dalam Kitab Raja-raja, Kitab Tawarikh, Kitab Yeremia, dan Kitab Daniel. Dalam sejarah umum, ia dikenal membangun Taman Gantung Babilonia. Dia menaklukkan Yehuda dan Yerusalem dan mengirim orang-orang Yahudi ke pembuangan. Dia biasa dijuluki “Nebukadnezar Agung” (Dan 1:1; Yer 25:11).
Nama Nebukadnezar dalam bahasa Akkadia adalah Nabû-kudurri-uṣur, yang memiliki makna “(Dewa) Nabu, memelihara/membela putra sulungku”. “Nabu” adalah dewa Babel untuk kebijaksanaan, dan putra dari dewa utama Marduk. Dalam sebuah inskripsi/prasasti, Nebukadnezar melihat dirinya sebagai orang yang dicintai atau favorit dewa Nabu. Dengan demikian jelas bahwa Nebukadnezar tidak menyembah TUHAN Allah Israel. Namun mengapa TUHAN Allah Israel memberi gelar kepada Raja Nebukadnezar sebagai hambaNya? Bukankah hal ini merupakan hal yang janggal? Bukankah dalam bagian-bagian lain dalam Alkitab, yang disebut sebagai hamba Tuhan adalah mereka yang mengenal, percaya, taat, kepada TUHAN Allah Israel?
Ternyata dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama, yang diberi gelar sebagai hamba atau abdi Allah tidak hanya mereka yang mengenal, percaya dan taat kepada TUHAN Allah Israel saja. Seseorang yang melakukan tugas tertentu yang selaras dengan kehendak ilahi dapat disebut hamba Allah. Raja Nebukadnezar disebut sebagai hamba Allah karena ia melakukan suatu tugas sesuai dengan kehendak TUHAN Allah Israel yaitu mengirim orang-orang Yahudi ke pembuangan Babel sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka. Dengan demikian pemberian gelar hamba Allah kepada Nebukadnezar adalah pembuktian kedaulatan Allah atas para penguasa di dunia. Nebukadnezar yang tidak percaya kepada TUHAN Allah Israel ternyata dapat dipakai Allah untuk melakukan kehendakNya. (AP)
“Para Penguasa Dunia Sejatinya Adalah Abdi-Abdi Allah”