Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: “Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”. (Yesaya 41:8-9)
Bacaan : Yesaya 41:8-20
Bangsa Israel secara keseluruhan ternyata juga disebut sebagai Hamba Allah atau abdi Allah. Sebutan Bangsa Israel sebagai hamba Allah atau abdi Allah diantaranya terdapat dalam Yesaya 41 dan 1 Raja-raja 8:36. Dalam Yesaya 41, TUHAN Allah Israel menyatakan pemilihannya atas bangsa Israel. Allah berjanji untuk senantiasa menyertai, menolong, dan membimbing Israel. Karena itu Allah meneguhkan bangsa Israel agar jangan bimbang walaupun konsekuensi sebagai bangsa pilihan Allah cukup berat. Menjadi bangsa pilihan Allah akan menerima banyak tentangan, bantahan, amarah dari bangsa-bangsa lain. TUHAN Allah Israel berjanji tidak meninggalkan bangsa Israel sendirian menghadapi semuanya itu. Bahkan Allah dengan segala kuasa dan keperkasaanNya akan menunjukkan kepada segala bangsa bahwa alam semesta ini, dunia dan isinya adalah ciptaanNya, TUHAN Allah Israellah yang menciptakannya.
Namun bagaimanakah dengan perjalanan kehidupan bangsa Israel? Berdasakan berita kitab suci maka kita dapat melihat bagaimana bangsa Israel mengalami jatuh bangun dalam menjalani kehidupan sebagai hamba atau abdi Tuhan. Kita kerap membaca bagaimana bangsa Israel jatuh di dalam penyembahan illah-illah lain. Rupanya berbagai tantangan yang dihadapi membuat bangsa Israel berpaling dari TUHAN Allah pencipta langit dan bumi. Ketika bangsa Israel jatuh, TUHAN Allah yang adalah Tuan yang setia, mengutus utusannya (para nabi dan para hakim) untuk memperingatkan umat Israel. Ketika utusan Tuhan itu datang bangsa Israel kembali sadar dan segera berbalik kepada TUHAN Allah.
Sepanjang perjalanan sejarah bangsa Israel, kita dapat melihat adanya satu pola yaitu jatuh bangun. Ketika umat Israel jatuh berpaling dari Allah, maka Allah mengutus utusanNya untuk memperingatkan umat Israel. Umat Israel mendengarkan peringatan itu dan kembali berbalik kepada Allah. Bagaimana dengan perjalanan hidup kita sebagai abdi Allah? Apakah ketika kita jatuh, kita segera bangun dan berbalik kepada Allah? Ataukah justru kita semakin jauh dari Allah, tidak bersedia bangun dan kembali kepadaNya? (AP)
“Ketika Jatuh Segeralah Bangkit dan Kembali Kepada Sang Tuan”