“Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” (Zakharia 9:9)
Bacaan : Zakharia 9:9
David C. McCasland pernah menuliskan satu ilustrasi yang menarik seputar topik Minggu Palma. Berikut ini adalah saduran dari ilustrasi tersebut. Seorang pendeta berkhotbah tentang Kristus yang memasuki kota Yerusalem dengan penuh kemenangan. Ia lalu bertanya, “Bagaimana jika seandainya keledai yang dinaiki Yesus berpikir bahwa semua sorak-sorai itu ditujukan untuk dirinya? Bagaimana jika seandainya hewan kecil itu yakin bahwa seruan hosana dan ranting-ranting itu ditujukan untuk menghormati dia?”. Sang pendeta lalu menunjuk kepada dirinya sendiri dan berkata, “Saya adalah seekor keledai. Semakin lama saya berdiri di sini, maka Anda akan semakin menyadarinya. Saya hanyalah seorang pembawa Kristus, bukan pribadi yang menjadi pusat pujian”.
Pada saat menulis tentang masuknya Yesus ke Yerusalem, Matius mengacu kepada nubuatan Zakharia dalam Zakharia 9:9. Pada peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem, sang keledai hanyalah pembawa Kristus, yang membawa Putra Allah ke dalam kota. Di sana Dia akan memberikan nyawa-Nya bagi dosa dunia.
Apabila kita dapat mengembangkan “mentalitas keledai yang sehat”, maka kita akan memiliki aset yang luar biasa untuk menjalani hidup ini. Dengan mental seperti itu, kita tidak akan memikirkan kemegahan diri kita, tetapi kita justru akan berpikir apakah orang lain dapat melihat Kristus dalam setiap karya kita. Kita tidak akan mengharapkan pujian atas pelayanan yang kita lakukan. Namun, sebaliknya kita akan puas bila dapat meninggikan Tuhan melalui karya pelayanan kita.
Sayangnya banyak orang Kristen masa kini tidak memiliki “mentalitas keledai yang sehat”. Mentalitas keledai yang berkembang adalah mentalitas keledai yang narsistik: ingin eksis, ingin disanjung, ingin dipuji, ingin dihargai, ingin dihormati. Mentalitas keledai yang narsistik membuat pelayanan kita tidak terarah pada Kemuliaan Kristus tetapi pada kemuliaan diri sendiri. (AP)
“Milikilah Mentalitas Keledai Yang Sehat”