“Merekapun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya.” (Markus 11: 4-7)
Bacaan : Markus 11:4-7
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang mobil para pemimpin dunia. Menurut The Richest, Bentley State Limousine milik Ratu Elizabeth II menjadi mobil petinggi negara dengan harga paling mahal di dunia. Kabarnya kalau mobil ini dijual harganya bisa tembus US$ 15.167.500 , jika dirupiahkan mencapai 209 miliar Rupiah. Cadillac One ‘The Beast’ adalah mobil kepresidenan Presiden Amerika Serikat. ‘The Beast’ ini dibuat untuk menangkal segala serangan mulai dari bagian pintu dan jendela yang anti peluru juga mobil ini terdapat kantong darah sesuai golongan darah presiden, persiapan jika ia mengalami luka-luka juga tabung oksigen.
Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada bangsa Israel sebagai Raja ketika Dia memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Mengapa mengendarai keledai? Mengapa Nabi Zakharia pun juga menubuatkan bahwa Mesias akan datang dengan mengendarai keledai. Mengapa keledai? Mengapa tidak kereta kuda, atau tandu yang terkesan lebih agung dan hebat? Pernahkan kita bertanya tentang hal ini?
Raja-raja Timur mengendarai keledai saat membawa misi damai. Sedangkan kuda dipakai sebagai alat perang. Yesus adalah Raja Damai, bukan Raja yang suka berperang. Misi utamanya datang ke dunia adalah mendamaikan manusia dengan Allah. Mengorbankan diri sebagai korban pendamaian, menghapus dosa manusia.
Jika suatu negeri diperintah oleh raja yang gila perang, maka rakyatnya akan dilatih dan dikerahkan untuk berperang. Tetapi Kristus adalah Raja Damai, maka Ia mengajar pengikutnya untuk membawa damai. Raja Kristus menginginkan setiap pengikutnya menjadi pembawa damai. Sudahkah kita mebawa damai kepada orang-orang di sekitar kita? Ataukah kita justru membawa perpecahan dan permusuhan? (AP)
“Dengan Menunggangi Keledai Yesus Memproklamasikan Diri Sebagai Raja Damai”