Maka firman Tuhan kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya”. Kemudian pergilah Iblis dari hadapan Tuhan. (Ayub 1:12)
Bacaan : Ayub 1:6-12
Hudson Taylor (1832-1905) adalah seorang pelayan Tuhan yang hebat. Hudson bersama istrinya, 4 anaknya, dan 15 orang pengikutnya melakukan perjalanan misi ke negeri China. Ia melakukan perjalanan misi dengan berbekal terjemahan Alkitab Perjanjian Baru yang sudah diterjemahkannya. Hudson mendirikan “China Inland Mission/CIM” sebagai bukti dedikasinya kepada Tuhan dan komitmen perjuangannya untuk mengabarkan Injil di negeri China. Akan tetapi, setelah terjadi pemberontakan “Boxer” pada tahun 1900, perasaan Hudson menjadi hancur dan kesehatannya mulai menurun. Ia menulis pesan di akhir hidupnya, “Saya begitu lemah, sehingga tidak bisa bekerja. Saya tidak bisa membaca Alkitab, saya bahkan tidak bisa berdoa. Saya hanya dapat berbaring diam di dalam pelaukan Allah seperti kanak-kanak dan percaya kepada-Nya”. Hudson menyadari kerapuhan dan keterbatasan dirinya, namun ia tidak kehilangan iman percayanya. Di saat ia tidak berdaya, Hudson memilih untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Hudson pernah menyatakan, “Seperti Bapa kita menciptakan bunga-bunga di padang gurun sunyi yang tidak diperhatikan, marilah kita melakukan apa yang dapat kita kerjakan dalam pengawasan-Nya, walaupun tak ada mata lain yang melihatnya”.
Hudson memiliki pemahaman bahwa Tuhan senantiasa melihatnya. Mata Tuhan memperhatikan dan mengawasi anak-anak-Nya, sehingga ia tidak kuatir serta tetap percaya. “China Inland Mission/CIM” berganti nama menjadi ”The Overseas Missionary Fellowship” dan terus berkembang menjadi organisasi misi terbesar di dunia pada tahun 1914. Keyakinan Hudson Taylor sangat beralasan dan sarat dengan kebenaran. Jika mencermati penderitaan Ayub, maka dapat ditemukan dua kebenaran yaitu: Pertama, Tuhan memberikan perlindungan dan berkat kepada umat-Nya (ay. 10). Kedua, Tuhan yang memiliki otoritas atas setiap kejadian dalam kehidupan anak-anak-Nya (ay. 12). Iblis tidak bisa mencelakai, memusnahkan harta benda, membunuh, dan memberi penyakit; tanpa ijin dan perkenan dari Tuhan. Murid atau abdi Kristus mesti percaya bahwa Tuhan mampu melindungi dan senantiasa menjaga kehidupan abdi-abdinya yang setia. (NLU)
“Tenteram Dan Sentosa, Abdi Yang Selalu Memandang Sang Tuan”