Mata Ganti Mata
24/11/2020
Hati Yang Mengampuni
26/11/2020

Mati Rasa

“Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!” (Matius 18:28)

Bacaan : Matius 18:21-35

Tatsuya Shindo mengalami perubahan hidup yang luar biasa, dari mantan anggota Yakuza menjadi seorang pendeta. Shindo telah meninggalkan dunia yang kelam tersebut dan memilih berdiri di atas mimbar untuk membagikan firman Tuhan kepada anggota gereja yang digembalakannya. Shindo menerangkan awal mula ia bergabung dengan sindikat terorganisasi di Jepang itu pada usia 17 tahun, “Aku masih kecil, belum berpikir panjang. Aku mengagumi Yakuza untuk apa yang terlihat di permukaan. Mereka punya banyak uang dan hidup berfoya-foya. Para penjahat itu dulu terlihat keren di mataku. Namun aku sadar ada harga mahal yang harus dibayar, yaitu: darah”. Ia melanjutkan, “Bosku terbunuh. Orang-orang tewas dalam perebutan kekuasaan. Kaki-kaki yang ditembus timah panas, temanku sesama pemakai narkoba meninggal akibat keracunan. Bunuh diri kerap terjadi, juga kematian tiba-tiba. Aku telah menyaksikan banyak kematian. Aku melihat bawahanku ditusuk hingga mati”.

Shindo pernah ditangkap tujuh kali dan dipenjara tiga kali, yang terakhir ia divonis hukuman penjara sepuluh tahun. Di situlah pertobatannya terjadi, ia banyak membaca di balik sel penjara dan mengaku menemukan Tuhan. Ia bersaksi, “Aku tahu betapa jahat dan buruknya diriku. Banyak hal jahat yang telah aku lakukan, tapi pada saat yang sama aku tahu bahwa aku telah diampuni oleh Tuhan. Karena itu aku ingin terlibat dalam pekerjaan Tuhan”. Kisah hidup Tatsuya Shindo dibuat sebuah film dokumenter dengan judul “June Bride: Redemption of a Yakuza”. Pengalaman perjumpaan dan pengampunan dari Tuhan telah mengubah jalan hidup Shindo, tetapi tidak bagi hamba di perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus di Matius 18:21-35. Hamba yang berhutang kepada raja sebesar sepuluh ribu talenta, jumlah yang sangat besar, dibebaskan karena belas kasihan sang raja. Ketika ia sudah bebas dan berjumpa dengan kawannya yang hanya berhutang sebanyak seratus dinar, tidak diampuninya, malah dicekik dan dipenjarakan. Kenyataannya tidak sedikit orang yang berlaku seperti hamba di perumpamaan Tuhan Yesus tersebut, tidak belajar dari pengampunan yang diterima, malah mati rasa. Bagaimana dengan kita? (NLU)

Kita Diampuni Agar Bisa Mengampuni