Tetapi jawabnya kepada-Nya: “Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.” (Hakim-Hakim 6:15)
Bacaan : Hakim-Hakim 6:11-24
Kenyataannya, tokoh-tokoh besar Alkitab juga tidak luput dari keraguan dalam perjalanan iman mereka kepada Tuhan. Namun pada akhirnya, TUHAN menyatakan pertolongan-Nya sehingga mereka dapat mengatasi keraguan tersebut dan tetap hidup dalam perkenanan Allah. Salah satunya adalah Gideon, seorang hakim di Israel. Ibrani 11:32 menempatkannya di antara pahlawan iman.
Sebelum menjadi seorang penyelamat yang ditunjuk Tuhan, Gideon adalah seorang petani. Ia anak Yoas, berasal dari bani Abiezer, kaum paling kecil di antara suku Manasye, dan yang paling muda di antara kaum keluarganya. Arti namanya “si penghancur”, “si penebang pohon”, atau “pahlawan perkasa”. Gideon juga disebut Yerubaal, karena ia merobohkan mezbah Baal dan menurut orang-orang: “Biarlah Baal berjuang sendiri menghadapi dia”. Dengan kata lain, Gideon adalah tokoh pahlawan Israel yang dikenal pemberani dalam memperjuangkan bangsanya dari penindasaan musuh dan kembali menyembah Tuhan. Ia tersohor karena hanya dengan 300 prajurit, ia berhasil membuat bangsa Midian kocar-kacir dan membunuh raja-rajanya (Hak. 8:4-21).
Ternyata sebelum menjadi pahlawan Israel yang gagah berani, Gideon mengalami pergumulan iman atas panggilan Tuhan yang memilihnya. Ia menyadari bahwa dirinya bukanlah pilihan yang tepat untuk melakukan tugas itu. Ia dengan jujur mengungkapkan pada Tuhan keraguan juga harapannya. Ia meminta tanda pada Tuhan bahwa Tuhan benar-benar menyertainya. Tuhan pun menjawab Gideon. Hal itu membuatnya menjadi benar-benar yakin pada Tuhan dan berani maju mengalahkan musuh (Hak. 6:17; 36-40).
Apakah kita juga berlaku sama seperti Gideon untuk memastikan diri bahwa Tuhan memang memilih kita dengan berkali-kali meminta tanda atas panggilan-Nya itu? Celakanya, ketika Tuhan sudah memberi tanda, kita malah menolaknya dengan menganggap diri belum siap dan tidak mampu. Percayalah, Tuhan tahu keterbatasan kita! Itu bukan alasan bagi Tuhan untuk tidak memanggil kita terlibat dalam pelayanan. Oleh sebab itu, mari kita hayati panggilan kita itu dengan penuh kesadaran bahwa Tuhan sedang memakai kita menjadi alat-Nya dan Ia pasti memperlengkapi kita. Tidak ada alasan untuk menolak-Nya. (Bo@)
“Tuhan Yang Memanggil, Tuhan Yang Memperlengkapi”