Keraguan Gideon
20/04/2021
Keraguan Yusuf
22/04/2021

Keraguan Ayub

“Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.” (Ayub 42:6)

Chez certains patients, l’utilisation de ce site ® et il n’y a aucune chance de prendre conscience. Et les effets secondaires les plus communs de Lovegra semblent être modérés et la plupart des marques sur le marché compte tenu de la réduction des coûts de l’image de marque.

Bacaan : Ayub 42:1-6

Ayub adalah salah satu tokoh Alkitab yang dikenal tetap setia kepada Allah meski mengalami penderitaan dahsyat dalam hidupnya secara bersamaan. (1) Ia kehilangan lima ratus pasang lembu dan lima ratus keledai betina karena dirampas orang Syeba (Ayb. 1:14-15); (2) Ia kehilangan tujuh ribu ekor kambing domba beserta para penjaganya karena disambar api dari langit (Ayb. 1:16); (3) Ia kehilangan tiga ribu ekor unta dan para penjaganya karena diserbu orang Kasdim (Ayb. 1:17); (4) Ia kehilangan tujuh putera dan tiga puterinya sekaligus karena rumah tempat puteranya mengadakan pesta roboh menimpa mereka (Ayb. 1:18-19); (5) Ia ditimpa barah busuk di sekujur tubuhnya (Ayb. 2:7); (6) Isterinya mengejek Ayub dan menyuruhnya mengutuki Allah dan mati (Ayb. 2:9); dan (7) Teman-temannya secara tidak langsung menuduh apa yang dialami Ayub itu akibat dosa. Padahal Ayub itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (Ayb. 1:1).

Di atas semua penderitaan itu, Ayub dikisahkan tetap menjaga kesetiaanya kepada Allah. Hal pertama yang ia lakukan dalam penderitaan dahsyat tersebut adalah merendahkan dirinya di hadapan Allah dan memuji-Nya sebagai sumber atas segala sesuatu. Ia mengakui kedaulatan tangan Tuhan bahkan dalam kemalangan sekalipun (Ayb. 1:21).

Tentu saja, kita mengagumi iman Ayub yang kuat ini. Namun terlepas dari itu, Ayub hanyalah manusia biasa yang juga merasakan lelah dan goyah. Ia pun bergumul dengan  perasaan takut, putus asa, bahkan keraguan akan Tuhan. Ia mengutuki hari kelahirannya (Ayb. 3:1). Ia pun sempat mempertanyakan keadilan Allah atas dirinya padahal Allah tak pernah berlaku curang dan membengkokkan keadilan. Pada akhirnya, Ayub mengakhiri pergumulan hidupnya dalam terang jawaban Allah. Titik balik kehidupannya dimulai dari pengakuannya bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu sesuai dengan rencana-Nya. Ia mencabut semua gugatannya terhadap Allah dengan kesadaran dan penyesalan (ay. 6).

Saat menderita, kita juga dapat terombang-ambing dalam keraguan kepada Tuhan. Akan tetapi Ia mengundang kita datang kepada-Nya dengan membawa segala pertanyaan kita tersebut. Walau terkadang iman kita dapat menjadi lemah, kita tetap dapat mempercayai bahwa Allah akan selalu setia. (Bo@)

Mengetahui Allah Berdaulat Dan Peduli Sudah Cukup Untuk Menjalani Penderitaan