“Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah TUHAN, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus! (2 Tawarikh 29:5)
Bacaan : 2 Tawarikh 29:1-36
Sebagai raja Yehuda, sungguh besar pengaruh Hizkia di masa pemerintahannya. Rakyat serta para pemimpin kota, para imam dan kaum Lewi, semuanya bergerak seiring dengan pembaharuan yang Hizkia sedang kerjakan. Alkitab mencatatnya sebagai raja yang “melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya” (ay. 2). Hizkia membersihkan Bait Tuhan dari segenap pencemaran (ps. 29), merayakan Paskah dengan khidmat (ps. 30), dan menyingkirkan bukit-bukit pengorbanan tempat penyembahan berhala dan menegakkan agama yang benar (ps. 31).
Sebagai raja, Hizkia berketetapan untuk memenuhi semua kewajiban seorang raja kepada Allah dan bait-Nya. Agar ibadah dapat berjalan kembali, maka bait Allah harus dikuduskan dan ditahirkan kembali. Namun, semua itu harus dimulai dari rumah Tuhan terlebih dahulu, yaitu para imam dan orang Lewi, merekalah yang pertama-tama harus menguduskan diri sebab mereka telah dipilih Allah sendiri untuk melayani di Bait Allah.
Hizkia berseru kepada orang Lewi: “Dengarlah, hai orang-orang Lewi! Sekarang kuduskanlah dirimu dan kuduskanlah rumah TUHAN, Allah nenek moyangmu! Keluarkanlah kecemaran dari tempat kudus!… Anak-anakku, sekarang janganlah kamu lengah, karena kamu telah dipilih TUHAN untuk berdiri di hadapan-Nya untuk melayani Dia, untuk menyelenggarakan kebaktian dan membakar korban bagi-Nya” (ay. 5; 11). Di bagian ini disebutkan beberapa aspek pelayanan para imam, yaitu menguduskan rumah TUHAN, melayani Dia, menyelenggarakan kebaktian, dan membakar korban bagi-Nya. Namun sebelum semuanya itu, dikatakan dengan tegas “kuduskanlah dirimu”. Ini menunjukkan bahwa kekudusan diri tidak dapat dipisahkan dari pelayanan. Dua hal ini adalah satu kesatuan yang saling berkaitan. Jadi, kekudusan adalah syarat penting dalam pelayanan yang harus dipenuhi. Sebab pelayanan yang dilakukan tanpa kekudusan, tidaklah lebih dari sekedar berkegiatan gereja saja. Marilah kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui segala kecemaran kita, dan mohon belas kasihan Tuhan untuk menolong kita menjaga kekudusan senantiasa di dalam segala yang kita lakukan, termasuk dalam pelayanan! (Bo@)
“Kuduskanlah Dirimu Dan Kuduskanlah Rumah TUHAN!”