Indonesia Itu Indah
11/08/2020
Mensyukuri Keragaman
13/08/2020

Kebhinekaan Yang Menyatukan

“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:31)

Bacaan : Efesus 4:31-32

Pada 15 Oktober 2019 – 10 November 2019, Historia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Pameran “Asal Usul Orang Indonesia (ASOI)” di Lobby Kaca Gedung B, Museum Nasional, Jakarta. Historia merupakan majalah sejarah online pertama di Indonesia yang disajikan secara populer. Pameran “ASOI” memperlihatkan hasil tes DNA dari 16 orang sukarelawan yang terdiri dari tokoh politik, dokter, tentara, seniman, hingga penjual gorengan. Grace Natalie, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), menjadi salah satu relawan yang diteliti. Grace berasal dari Bangka, pesisir Timur Sumatera dan dari bentuk fisiknya adalah orang Tionghoa. Ternyata Grace memiliki DNA campuran dari Asia Timur, diaspora Asia, Asia Selatan, dan Afghanistan. Ia menyatakan, “Gak nyangka, yang penampakannya kayak saya begini ternyata dulu-dulunya banget ada leluhur Afghanistan”.

Ada nama lain sebagai relawan, yaitu: Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDIP. Sebagian besar DNA moyang Hasto berasal dari Asia Timur, juga dari Timur Tengah, yaitu Semitik yang kemungkinan besar dari orang-orang Samaria (kini di Palestina). Hasto mengatakan, “Saya tidak kaget. Sejak awal saya meyakini bahwa Nusantara adalah titik temu dari berbagai ras, etnis, dan peradaban dunia. Sehingga kita tidak bisa mengatakan diri kita asli. Inilah kita semua, perpaduan dari berbagai etnis dunia”.

Pameran “ASOI” bertujuan dengan pengetahuan mendalam soal DNA akan membuat rakyat Indonesia lebih toleransi, mampu memahami perbedaan satu sama lain, dan menjaga keutuhan bangsa serta budaya Indonesia tercinta. Kesadaran dan kesediaan untuk membangun kehidupan bersama yang rukun, saling menghormati dan menghargai, serta berjuang bersama bagi kesatuan dan kemakmuran bangsa; merupakan implementasi dari “Bhinneka Tunggal Ika” secara nyata. Murid-murid Kristus dipanggil untuk berkontribusi bagi Indonesia dengan membuang segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan segala kejahatan. Murid-murid Kristus adalah warganegara Indonesia yang wajib memberikan contoh teladan dalam menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia. (NLU)

“Bhinneka Tunggal Ika Adalah Payung Pemersatu Di Tengah Keragaman”