“Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Roma 7:24-25)
Bacaan : Roma 7:19-25
Apakah ada yang keberatan dan keheranan, jika saya menyatakan bahwa status manusia di dalam dunia adalah: hamba? Sesungguhnya, diterima atau tidak, diakui atau tidak, memang keberadaan manusia di dalam dunia hanyalah hamba. Manusia diperhadapkan dalam dua pilihan, yaitu: hamba dosa atau hamba Allah. Hamba dosa mengambil posisi dan ciri-ciri yang jelas; dimana mereka selalu mementingkan diri sendiri, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, tega menghancurkan sesamanya, penuh kebencian, amarah, balas dendam, curang, tipu muslihat, mengabaikan dan melanggar hukum, tidak mengakui adanya Tuhan serta melawan ketetapan Tuhan, dsb. Sedangkan hamba Allah, memiliki ciri-ciri sebagai pribadi yang tulus, jujur, cinta damai, penuh belas kasihan, suka menolong, taat hukum dan peraturan, menghargai perbedaan, membenci dosa, takut dan hormat kepada Allah, taat firman Tuhan, menyangkal diri serta mengikut Kristus, dsb. Orientasi hamba dosa dan hamba Tuhan memiliki perbedaan yang sangat tajam, berbanding terbalik, serta saling berlawanan. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang memiliki status ganda sebagai hamba dosa dan hamba Allah.
Rasul Paulus dengan tegas dan jelas memberikan pengajarannya kepada jemaat Roma, bahwa manusia sudah tertawan oleh dosa dan menjadi budak dosa yang mengakibatkan kematian. Bahkan Paulus memberikan kesaksian bahwa seringkali ingin melakukan apa yang baik, tetapi yang tidak baik atau jahat yang ia perbuat. Ia merasakan pertentangan yang hebat, antara mengikut keinginan batinnya dan menuruti keinginan anggota-anggota tubuhnya. Pertentangan sebagai tawanan atau hamba dosa dengan komitmen sebagai hamba Allah. Tarikan hebat tersebut mengakibatkan Paulus menyatakan dirinya sebagai manusia celaka! Paulus menyadari dan merasakan benar bahwa cengkeraman dosa begitu kuatnya, sehingga sangat sulit untuk melepaskannya. Di titik keputusasaan atau di titik nadir tersebut, rasul Paulus merasakan rasa syukur yang luar biasa karena keselamatan yang diperolehnya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ia sudah ditebus dari segala kesalahan dan dosa-dosanya, Ia diampuni dan diutus sebagai hamba Allah. Jeratan dosa sangat kuat, mengerikan, dan mematikan. Waspadalah! (NLU)
“Status Menentukan Tujuan Kehidupan, Pastikan Status Kita Adalah Hamba Allah”