“Berkatalah raja kepada Barzilai: Ikutlah aku, aku akan memelihara engkau di tempatku di Yerusalem. Tetapi Barzilai menjawab raja: Berapa tahun lagikah aku hidup, sehingga aku harus pergi bersama-sama dengan raja ke Yerusalem?” (2 Samuel 19:33-34)
Bacaan : 2 Samuel 19:31-39
Ada sebuah kebenaran umum yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, meski memang tidak selalu demikian, yaitu: orang-orang yang tergolong dalam status ekonomi dan sosial rendah, cenderung diabaikan serta dipandang sebelah mata. Sebaliknya, orang-orang dengan strata ekonomi dan sosial tinggi akan mendapatkan sanjungan serta banyak orang ingin menjadi kerabat. Rony Imannuel atau yang populer dengan nama Mongol Stres, seorang komika dan bintang Stand Up Comedy pernah mengungkapkan bahwa ketika belum terkenal bahkan boleh dibilang hidup susah, maka banyak orang tidak ingin berkenalan dan membantunya. Tetapi ketika sudah menjadi terkenal maka banyak orang ingin menjadi saudara dan ingin dekat dengannya. Bahkan ia pernah bercerita untuk tidak berniat pulang ke Manado, tempat kelahirannya, karena takut banyak orang akan mengakui dirinya sebagai saudara dan harus bagi-bagi uang untuk mereka. Pernyataan Mongol memang ada benarnya dan kenyataannya kadang demikian, sehingga tidak heran ada banyak orang yang sangat bangga ketika bercerita tentang orang-orang hebat yang menjadi kenalannya atau kerabatnya. Mereka ikut merasa bangga dan ikut terkenal, bahkan tak jarang lebih sombong dari para tokoh tenar yang merupakan kenalannya tersebut.
Dalam perjalanan kehidupan Daud, tepatnya dalam pelariannya ketika ia menghindar dari Absalom. Daud berjumpa dengan seorang bernama Barzilai, siapa dia? Barzilai adalah salah satu orang yang membawakan kebutuhan Daud dan orang-orangnya saat di Mahanaim (lih. 2 Sam. 17:27-29). Barzilai adalah orang Gilead dari Rogelim, berusia delapan puluh tahun, seorang yang sangat kaya, dan turut mengantar Daud sampai sungai Yordan. Ketika Daud ingin membalas jasa Barzilai dengan mengajaknya dan akan memeliharanya di Yerusalem, Barzilai menolak dengan halus. Barzilai lebih memilih untuk tetap tinggal di kotanya sendiri. Barzilai menunjukkan diri sebagai seorang yang tidak menuntut pamrih dalam tindakannya, ia juga tidak menjadi sombong karena diperhatikan oleh Daud. Barzilai tetap rendah hati dan memilih menyodorkan Kimham untuk mengikuti Daud ke Yerusalem. Barzilai menjadi teladan yang baik dan tepat untuk tidak membangun Menara Gading. (NLU)
“Menara Gading Membuat Tuhan Murka Dan Hidup Tidak Sejahtera”