Ibadah: Menyatakan Bakti Kepada Allah
13/01/2021
Ibadah Yang Sejati
15/01/2021

Ibadah Pada Zaman PL Dan PB

“Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!” (Mazmur 100:2)

Bacaan : Mazmur 100

Mazmur 100 ini berisi undangan yang tegas bagi umat untuk menyembah Allah karena sudah merupakan kehendak-Nyalah bahwa kita harus beribadah kepada Tuhan, harus mengabdikan diri untuk melayani-Nya, dan bergiat di dalamnya. Kita harus beribadah kepada-Nya dalam segala ketaatan dan sesuai ketetapan-ketetapan-Nya (ay. 2).

Pada zaman PL, awalnya ibadah dilakukan di dalam kemah pertemuan. Barulah pada zaman Raja Daud terpikir untuk mendirikan Bait Suci (2 Sam. 7:2); tetapi baru pada zaman Raja Salomolah Bait Suci itu didirikan sesuai perintah TUHAN (1 Raj. 6:1-38).

Ibadah di Bait Suci menekankan tata upacara ibadah berupa korban-korban harian setiap pagi atau sore. Selain itu perayaan Paskah dan penghormatan Hari Pendamaian juga merupakan hal penting dalam kalender tahunan Yahudi. Upacara agamawi berupa pencurahan darah, pembakaran kemenyan, penyampaian berkat imamat, dll., cenderung menekankan segi upacaranya sehingga mengurangi segi rohaniahnya (Mzm. 50:7-15). Banyak orang di Israel dapat mengikuti ibadah umum di bait Suci (Mzm. 95-100), baik dengan doa-doa bersama (Mzm. 79-80) maupun untuk mengungkapkan kasih serta syukur kepada Allah (Ul. 11:13) dalam tindakan ibadah batiniah yang sungguh-sungguh.

Ketika bangsa Yahudi terbuang ke Babel, maka ibadah tetaplah merupakan kebutuhan yang dipenuhi dengan pendirian sinagoge, yang tata ibadahnya terdiri dari: shema (pengakuan iman sebagaimana ditulis dalam Ul. 6:4-5), doa-doa, pembacaan Kitab Suci, serta penjelasannya. Setelah kembali dari pembuangan dan membangun kembali Bait Suci di Yerusalem, pola ibadah di Bait Suci dan di sinagoge terus berlanjut.

Pada zaman PB, ibadah di Bait Suci dan di sinagoge masih berlangsung. Tuhan Yesus dicatat turut mengambil bagian di dalam ibadah di Bait Suci maupun di sinagoge, namun Ia menekankan pentingnya ibadah yang sungguh-sungguh menunjukkan kasih terhadap Bapa Surgawi. Pada zaman para Rasul, awalnya gereja tidak meninggalkan pola ibadah di Bait Suci dan di sinagoge, namun seiring dengan penganiayaan orang-orang Kristen, terjadilah pemisahan gereja dengan Bait Suci, hari sabat Yahudi, dan upacara-upacara Yahudi, meski pola ibadahnya kemungkinan besar masih meniru pola ibadah di sinagoge dengan penambahan adanya hari Minggu (Kis. 20:7) dan ibadah harian (Kis. 2:46). (Bo@)

Ibadah Harus Dilaksanakan Sesuai Perintah Dan Ketetapan-Nya