“Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” (Kisah Para Rasul 2:45)
Bacaan : Kisah Para Rasul 2:41-47
Ada banyak dampak yang dihasilkan dari pandemi virus Corona saat ini, baik dampak buruk maupun baik. Salah satu dampak baiknya adalah kerelaan untuk berbagi. Selama pandemi berlangsung; berbagai pribadi, kelompok, dan instansi berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan kebaikan dengan memberikan bantuan serta berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Sebuah kisah populer yang menjelaskan tentang indahnya berbagi adalah “Dibayar Segelas Susu”. Kisah ini menceritakan tentang kesaksian Dr. Howard A. Kelly dalam biografinya yang ditulis oleh Audrey Davis, sebagai berikut: “Di suatu perjalanan menuju ke utara Pennsylvania pada saat musim semi, Kelly berhenti di sebuah rumah petani yang kecil untuk meminum segelas air dingin. Seorang gadis kecil membuka pintu ketika Kelly mengetuk rumahnya, namun bukan air yang diberikan, gadis kecil itu malah memberinya segelas susu segar. Setelah kunjungan singkat yang ramah itu, Kelly pun melanjutkan perjalanannya. Beberapa tahun kemudian, gadis kecil itu datang kepadanya untuk operasi. Dan sebelum ia sempat pulang ke rumah, ia menerima tagihan operasinya, namun dengan tambahan tulisan tangan: Sudah dibayar penuh dengan segelas susu”.
Kisah “Dibayar Segelas Susu” melukiskan bahwa kerelaan berbagi dalam ketulusan, akan membawa kebaikan bahkan kehidupan yang menginspirasi. Di tengah dunia yang semakin egois dan individualis, kehidupan berbagi menjadi sebuah tantangan dan harapan yang dinantikan. Orang-orang Kristen, sejatinya adalah pribadi-pribadi yang beruntung karena memiliki natur berbagi yang sangat khas. Mengapa demikian? Orang-orang Kristen merupakan imitasi Kristus, tiruan dari Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan dan berbagi kehidupan bagi banyak orang. Kebenaran berbagi kehidupan menjadi jelas dan nyata, dalam kesaksian cara hidup jemaat Tuhan yang pertama (Kis. 2:41-47). Ketika mereka menjadi komunitas murid-murid Kristus, mereka hidup bertekun dan saling berbagi kehidupan. Mereka tidak segan-segan untuk menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Bagaimana kesaksian hidup kita hari ini? Apakah masih mampu berbagi atau hanya mengamankan diri sendiri? Murid-murid Kristus tidak mungkin berdiam diri, karena naturnya berbagi. (NLU)
“Berbagi: Bukan Beban Melainkan Kebiasaan”