“Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yesaya 6:3)
Bacaan : Yesaya 6:1-3
Clive Staples Lewis (1898-1963) dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas, penulis yang dikagumi, kritikus dan pakar sastra, serta apologet Kristen. CS. Lewis, begitu panggilannya, ketika masih muda pernah meninggalkan imannya kepada Tuhan dan menyatakan ketidakpercayaannya terhadap agama. Ia beranggapan semua agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia. Lalu dalam perjalanan kehidupannya, ia akhirnya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Maka dalam bukunya “Surprised by Joy” (Dikejutkan oleh Sukacita), ia menyatakan, “Dalam perbendaharaan kata saya, tidak ada kata yang lebih saya benci selain kata “campur tangan”. Namun kekristenan terletak pada suatu pusat yang bagi saya saat itu tampaknya sebagai Pencampur Tangan tertinggi. Tidak ada tempat, bahkan di kedalaman jiwa seseorang, yang dapat dikelilingi dengan pagar kawat berduri dan dijaga dengan tulisan Dilarang Masuk. Padahal hal itulah yang saya inginkan; yaitu sebuah tempat, seberapa pun kecilnya, di mana saya dapat berkata kepada makhluk-makhluk lain, ini urusan saya dan hanya milik saya. Setiap orang berhak berkata kepada Allah, “Tinggalkan saya sendiri. Jangan ganggu saya”. Namun, Tuhan pun berhak untuk mengejar kita dengan belas kasih-Nya yang pantang menyerah.
Pernyataan CS. Lewis di atas, sesungguhnya banyak juga dialami oleh orang-orang Kristen yang belum sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Mereka merasa kehadiran Tuhan sebagai Pengganggu, suka membatasi, dsb. Perasaan tidak nyaman dan tertuduh di hadapan Tuhan, karena memang manusia dalam keberadaannya sudah terkontaminasi oleh dosa. Manusia berdosa selalu merasa tidak senang dan tenang dalam hadirat Tuhan. Namun berbeda, jikalau mereka yang berdosa menjadi bertobat. Mereka akan mengalami kedamaian dan keindahan dalam hadirat Tuhan. Nabi Yesaya mendapatkan sebuah pengalaman rohani yang menakjubkan, ia melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah Tuhan memenuhi Bait Suci. Yesaya juga melihat para Serafim dan mendengar mereka berseru memuji Tuhan. Abdi-abdi Tuhan yang sejati akan merasakan kedamaian dan pengalaman rohani yang cemerlang, ketika sungguh-sungguh tunduk serta bersedia dibentuk seperti yang dikehendaki Tuhan. (NLU)
“Abdi-Abdi Tuhan Bersedia Tunduk Dan Siap Dibentuk”