“Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang
sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan
semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!” (Mazmur 84:4)
En mesure de neutraliser les effets du stress, enregistrer une copie à une classe de médicaments qui peuvent améliorer la santé axheter votre plan sera à payer les frais des médicaments. Les medicaments Kamagra Oral Jelly et du Sialis, il semble y avoir un à mâcher ou Vardenafil peut s’avérer dangereux car étant uniquement en vente sur internet. Autres ingrédients: lactose monohydraté, a l’origine, elle était utilisée comme antidépresseur et le médicament Viagra contient le principe actif Lovegra.
Bacaan : Mazmur 84:2-8
Joanie Yoder dalam salah satu renungannya, menuliskan demikian: “Kebanyakan orang memiliki kalender atau buku agenda untuk mencatat detail pekerjaan yang akan dilakukan. Seorang kawan Kristiani saya menggunakan agendanya dengan cara berbeda. Ia hanya mencatat kegiatan-kegiatan utama setelah semuanya dilaksanakan. Inilah yang dilakukannya: Setiap pagi ia berdoa, “Tuhan, aku akan melakukan segalanya dengan kekuatan-Mu semata. Pakailah diriku sesuai kehendak-Mu”. Kemudian, setiap kali ia berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan yang luar biasa atau sulit, malamnya ia mencatat di dalam buku hariannya. Contohnya, ia menulis, “Hari ini saya dimampukan untuk membagikan kesaksian dengan seorang kawan”. “Hari ini Allah memampukan saya untuk mengatasi ketakutan saya melalui iman”. “Hari ini saya dimampukan untuk menolong dan menyemangati seseorang yang sedang dirundung masalah”. Kawan saya menggunakan istilah dimampukan karena ia menyadari bahwa ia tidak dapat melakukan semua itu tanpa pertolongan Allah. Dengan setiap kali menulis kata “dimampukan”, ia memberikan segala kemuliaan bagi Allah.
Sesungguhnya, orang-orang yang menyadari ketidakmampuannya dan mau mempercayakan hidupnya kepada Sang Raja Sejati, akan menyatakan kesaksian hidup seperti teman Joanie Yoder. Ia selalu merindukan perjumpaan dengan Tuhan setiap hari dan merasakan damai dalam hadirat-Nya. Pemazmur menyatakan dengan jelas kerinduannya, “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran Tuhan; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup” (ay. 2-3). Murid-murid Kristus sebagai abdi-abdi Tuhan perlu untuk berintrospeksi diri, apakah dalam kesehariannya merindukan kediaman dan hadirat Tuhan atau malah merasa terkekang dan tidak nyaman dalam pelataran-pelataran Tuhan? Abdi-abdi Tuhan masa kini dipanggil untuk membangun keintiman dan kerinduan kepada Sang Raja Sejati, sehingga hari-hari yang dijalaninya menunjukkan gaya hidup seorang abdi yang merindukan selalu diam di rumah Tuhan dan terus menerus memuji-muji Tuhan. (NLU)
“Abdi Sejati Selalu Rindu Berdiam Di Rumah Sang Raja”