“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” (1 Tesalonika 5:23-24)
Bacaan : 1 Tesalonika 5:23-24
Joko dan Jono merupakan tetangga sebelahan rumah, usia mereka sudah lebih dari 75 tahun. Meskipun mereka bersebelahan rumah, seringkali mereka tidak akur. Mereka sering berbeda pendapat dan tidak jarang berujung kepada pertengkaran. Suatu kali, Joko melihat Jono sedang menanam bibit pohon kelengkeng di pekarangan rumahnya. Joko dengan usil menggoda dengan berkata, “Jon, kamu pasti tidak berharap bisa menikmati buah dari bibit pohon kelengkeng yang sedang ditanam itu kan? Ingat usiamu”. Jono menghentikan kegiatannya dan menjawab dengan santai, “Saya tidak memaksa untuk bisa menikmati buah kelengkeng dari bibit yang sedang saya tanam ini. Saya menyadari bahwa selama ini bisa menikmati buah kelengkeng dari hasil pohon orang lain. Saya tidak mungkin bisa memakan buah kelengkeng, jika orang lain tidak menanamnya seperti yang saya lakukan sekarang. Oleh karena itu, saya menanamnya sekarang sebagai ganti agar kelak ada orang yang bisa menikmatinya”. Sebuah percakapan pendek yang baik untuk direnungkan.
Apa patokan sederhana yang membedakan orang-orang Kristen yang percaya Tuhan Yesus Kristus dan sudah mengalami kelahiran baru, dengan yang belum percaya sungguh-sungguh? Buah imannya, salah satu contoh adalah sikapnya masih egois atau altruis. Dalam kisah ilustrasi di atas, Jono mulai bisa memikirkan orang lain dengan tindakannya menanam bibit pohon kelengkeng. Orang-orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus Kristus akan berupaya memperagakan kehidupan yang mengutamakan orang lain dan berusaha memberi manfaat positif dalam kesehariannya. Rasul Paulus mengakhiri suratnya yang pertama kepada jemaat Tesalonika dengan sebuah penguatan dan doa, semoga Allah damai sejahtera menguduskan mereka dan mereka tak bercacat sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Abdi atau murid-murid Kristus dipanggil untuk mengimplementasikan imannya kepada Kristus secara nyata, sehingga menjadi kesaksian yang menginspirasi bagi semua orang di sekitarnya. Sebuah kesaksian yang hidup, dilahirkan dari sebuah kesadaran untuk selalu berjuang tak bercacat sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. (NLU)
“Keselamatan Allah Memampukan Hidup Tak Bercacat”