Mati Untuk Hidup
16/12/2020
Bekal Terhadap Dosa
18/12/2020

Persekutuan Dengan Allah

“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (1 Yohanes 1:6)

Bacaan : 1 Yohanes 1:5-10

Dalam dunia yang sarat dengan kerisauan, ketegangan, dan tekanan, umat Kristen dapat mencerminkan sukacita dan damai sejahtera Kristus. Itulah hak istimewa umat percaya (Yoh. 15:11; 14:27). Tetapi apabila umat Kristen berbuat dosa, maka hilanglah sukacita dan damai sejahtera itu. Barangkali benar bahwa tidak ada orang yang sesedih umat Kristen yang hidup di dalam dosa. Jika kita berbuat dosa dan mengeluarkan diri kita sendiri dari persekutuan bersama Kristus, maka kita menderita kehilangan sukacita dan damai sejahtera. Sebab sukacita dan damai sejahtera tidak berasal dari diri kita, melainkan dari Tuhan Yesus. Apabila kita menghindar berjalan dalam persekutuan bersama Kristus, sukacita-Nya bukan lagi menjadi bagian kita.

Rasul Yohanes menulis, mengingatkan kita bahwa persekutuan kita dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus (ay. 3) adalah hak istimewa luar biasa! Allah Bapa dan Allah Anak berkenan mengadakan persekutuan dengan kita manusia fana. Persekutuan berarti “berbagi”, menikmati penyatuan paling dekat dengan Bapa dan Anak yang bisa dicapai. Persekutuan dengan Allah berarti persekutuan dengan terang (ay. 5), oleh karena itu persekutuan manusia dengan Allah tidak mungkin terjadi dalam kegelapan (ay. 6), persekutuan tersebut hanya mungkin terjadi kalau kita berjalan dalam terang (ay. 7).

Seorang yang hidup dalam terang bukan tampak dari pengakuannya tetapi bagaimana ia hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Seorang yang sungguh-sungguh hidup benar di hadapan Tuhan, sudah dapat dipastikan bahwa ia hidup dalam terang. Hidupnya telah disucikan oleh darah Yesus Kristus. Ia yang mengaku hidup dalam terang berarti mengakui bahwa ia hidup di dalam persekutuan dengan Allah, dan Kristus tinggal di dalam hatinya. Bila ia mengatakan tidak berdosa berarti ia telah menipu dirinya sendiri (ay. 8), membuat Yesus menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada dalam kita (ay. 10). Seseorang yang hidup dalam terang akan meninggalkan segala bentuk kejahatan dan kehidupan kegelapan, karena terang itu menelanjangi segala perbuatan kegelapan.

Hidup di dalam terang bukanlah sekadar percaya dan mengakui Tuhan Yesus Kristus tetapi juga memancarkan terang Ilahi melalui sikap dan perbuatan terang dalam keseharian kita. Sudahkah persekutuan kita dengan Allah berdampak dalam hidup sehari-hari? (Bo@)

“Persekutuan Dengan Allah Seharusnya Terlihat Melalui Pola Hidup, Kata, Dan Karya Kita!”