“Sebab itu, engkau ini dengan segenap kumpulanmu, kamu bersepakat melawan TUHAN. Karena siapakah Harun, sehingga kamu bersungut-sungut kepadanya?” (Bilangan 16:11)
Bacaan : Bilangan 16:1-40
Seorang penulis Kristen mengemukakan satu kesimpulan yang menarik, demikian: dimana ada ketidakpuasan, di situ ada pemberontakan terhadap kepemimpinan. Kesimpulan ini didapat tidak hanya dari pengamatan dalam pengalaman pribadi, tetapi juga hasil pembacaan dari bacaan kitab suci hari ini. Korah, Datan, dan Abiram menggalang massa untuk memberontak melawan Musa. Tak tanggung-tanggung, massa yang diajak bukan sembarang orang tetapi para pemimpin umat pula. Mereka mempertanyakan kesahihan kepemimpinan Musa dan Harun. Musa dianggap tidak lebih baik daripada orang-orang kudus lainnya. Korah menuntut jabatan imam yang dipegang oleh Harun (ay. 10). Datan dan Abiram punya alasan lain lagi. Mereka menuduh Musa telah menyengsarakan hidup mereka sehingga tidak lagi pantas menjadi pemimpin. Bukan saja telah menyengsarakan dengan mengeluarkan mereka dari Mesir yang berlimpah susu dan madu, Musa bahkan gagal membawa mereka ke Tanah Perjanjian. Musa berjanji palsu. Kisah ini berakhir tragis. Para pemberontak mati dengan cara menyedihkan sekaligus mengerikan.
Kisah yang panjang dalam bacaan hari ini mengajarkan kita untuk menghargai para pemimpin rohani kita. Memang, sehebat-hebatnya mereka, pasti punya kelemahan. Namun, kekurangan itu tidak menjadi alasan bagi kita untuk menggunjingkan, melemahkan, menyerang apalagi menggalang kekuatan memberontak melawan mereka. Apalagi di balik itu ada motivasi kita untuk mengambil alih kedudukan mereka sebagai pemimpin seperti motivasi Korah. Kecuali mereka sudah mengajarkan ajaran sesat maka kita dipanggil untuk mendukung, mendoakan, memberi masukan dengan tulus agar pekerjaan Tuhan semakin maju. Kalau pun mereka terang-terangan bersalah, ada cara lebih elegan untuk mengingatkan pemimpin kita tanpa harus memberontak. Jika pemimpin kita belum berhasil membawa pada kemajuan yang kita rindukan,seperti Datan dan Abiram yang ingin cepat-cepat menikmati Tanah Perjanjian, tugas kita adalah turut serta mewujudkan impian bersama itu, bukannya mencela dan membiarkan pemimpin kita kerja sendiri. (AP)
“Dukungan, Doa, Dan Masukan Yang Membangun Adalah Respon Yang Tepat Atas Kekurangan Dan Kelemahan Pemimpin”