“Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1 Korintus 15:8-9)
Bacaan : 1 Korintus 15:8-11
Thomas Merton (31 Januari 1915 – 10 Desember 1968) lahir di Prades, Prancis. Ibunya meninggal dunia, saat ia berusia enam tahun. Sepuluh tahun kemudian, ayahnya pun tutup usia. Kematian ayahnya ini diduga menjadi penyebab Merton terlibat dalam kenakalan remaja. Ia menjadi suka mabuk-mabukan, petualang cinta, membolos kuliah, dan pernah keluar dari universitas. Kehidupan Merton mulai berubah, ketika ia membaca tulisan dan kisah hidup Agustinus. Ia menyadari bahwa segala sesuatu dalam dunia terasa hampa dan fana, kebahagiaan sejati tidak bisa diraih dengan kekuatan manusia sendiri, tetapi harus dalam campur tangan Tuhan. Pada tahun 1938, Merton memutuskan untuk dibaptis dan melangkah di jalan Tuhan. Ia menjalani kehidupan rohani yang ketat dan keras; ia berhenti merokok, rajin berdoa setiap hari, dan sangat bersemangat memeriksa kehidupan rohaninya. Merton mengalami pergumulan dalam memilih jalan hidupnya, tinggal di biara atau terlibat dalam memecahkan persoalan-persoalan dunia. Akhirnya, ia memilih untuk memberikan pencerahan dalam menjawab permasalahan-permasalahan hidup melalui tulisan-tulisannya. Merton telah menulis lebih dari 60 buku dan sekitar 2.000 puisi yang menginspirasi dunia.
Thomas Merton diubahkan Tuhan dengan cara yang unik. Tuhan juga memilih dan memanggil Paulus dengan cara ajaib, yaitu menampakkan diri-Nya kepadanya di jalan dekat Damsyik. Kedua-duanya mengalami perubahan hidup yang fenomenal dan menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang luar biasa. Mengapa keduanya menjadi hebat dalam melayani Tuhan? Karena mereka telah melatih diri dan bekerja lebih keras bagi kemuliaan nama Tuhan. Rasul Paulus menyatakan dalam suratnya kepada jemaat Korintus, bahwa ia menerima anugerah kasih karunia karena mengalami penampakan Tuhan, bagaikan seorang anak yang lahir sebelum waktunya. Dalam kesadaran dan rasa syukurnya atas kasih karunia Allah itulah, Paulus merasa tidak layak menyandang predikat rasul. Ia menyatakan dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul dan berupaya lebih keras dari pada mereka semua. Orang-orang yang memahami kasih karunia Allah, akan menyadari keberdosaan dan kehinaan dirinya; sehingga mereka dimampukan bertekad untuk bekerja lebih keras bagi Tuhan. (NLU)
“Aku Paling Hina, Maka Aku Melatih Diri Dan Bekerja Ekstra”