Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” (Yohanes 19:26)
Bacaan : Yohanes 19:26
Dalam sebuah tulisannya, Herbert Vander Lugt mengungkapkan hasil refleksinya terhadap pengalaman pendampingan terhadap keluarga-keluarga yang sedang berduka. Ia mengungkapkan bahwa ia sering melihat kesedihan orang tua yang anaknya berpulang ke pangkuan Bapa. Hebert berkata: “Saya turut merasakan penderitaan mereka, namun tentu tidak sebanding dengan kepedihan yang akan saya alami bila yang menderita atau meninggal itu adalah putra, putri, atau cucu saya sendiri”. Kepedihan yang dirasakan para orang tua ketika melihat putra atau putri mereka menderita dan meninggal sungguh tak terlukiskan. Demikian juga kepedihan anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya menghadap Bapa juga sangat menggetarkan.
Ketika Yesus memandang ibu-Nya dari atas salib, Dia merasa sangat kasihan. Dia tahu penderitaan yang dirasakan ibu-Nya lebih besar dari semua orang lain yang ada di sana, sebab itu Yesus tidak tinggal diam, Ia memberinya perhatian khusus. Dari atas salib, Tuhan Yesus dapat merasakan kepedihan Maria, dan Kristus menunjukkan kepeduliaan terhadap Maria ibu-Nya.
Dennis Fisher, seorang penulis Kristen, pernah menuliskan satu kisah menarik tentang seorang misionaris medis. Berikut ini adalah sadurannya. Dokter Paul Brand, seorang misionaris medis yang tinggal di India, mencermati sebuah fenomena yang luar biasa pada beberapa pasiennya. Ketika mereka sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani operasi di rumah sakitnya, beberapa anggota keluarga akan membawakan makanan yang panas untuk para pasien tersebut. Malam harinya seorang kerabat akan tidur di bawah tempat tidur sang pasien. Dan pada saat sang pasien bangun dalam keadaan kesakitan, orang-orang terkasih itu akan memberikan pijatan yang lembut sampai ia tidur kembali. Mulanya dokter Brand berpikir bahwa cara ini tidak tepat dan tidak sehat. Namun setelah beberapa waktu, ia mulai memerhatikan bahwa para pasien yang mendapatkan perhatian penuh kasih dari keluarga, sebenarnya membutuhkan lebih sedikit obat untuk pereda rasa sakit. Rasa sakit mereka telah diredakan oleh orang-orang yang mengasihi mereka. Kita dapat belajar dari contoh tentang kasih dan kepedulian ini dan menerapkannya dalam keluarga kita. (AP)
“Allah Menginginkan Kita Peduli Kepada Keluarga”