“Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya aku pun diperlakukan juga demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada …! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapa pun juga!” (1 Korintus 9:15)
Bacaan : 1 Korintus 9:1-27
Michelle Williams, salah satu aktris perempuan Hollywood pernah mendapat pengalaman tidak menyenangkan tentang ketidakadilan dalam hal gaji antar gender. Ia merasa mendapatkan perlakuan tidak adil ketika menyadari bahwa Mark Wahlberg memperoleh upah yang lebih besar dibandingkan dirinya. Dalam syuting ulang film All the Money in the World, Wahlberg mendapatkan gaji sekitar Rp. 21 milyar, sementara Williams hanya mendapat Rp. 14 juta. Untungnya di film terakhirnya, ia mendapatkan gaji yang sama dengan lawan mainnya. Semua itu berkat perjuangannya untuk mendapatkan haknya.
Memperjuangkan apa yang menjadi hak kita, sebagaimana dilakukan oleh Michelle Williams itu tidaklah salah. Namun tidak demikian halnya dengan rasul Paulus, sebagaimana tercatat di kitab 1 Korintus 9:1-27. Sebagai seorang rasul, ia memiliki hak-hak rasuli sebagaimana para rasul lainnya (ay. 4-5). Salah satunya adalah berhak menerima tunjangan hidup dari jemaat Korintus agar ia dapat berkonsentasi dalam pelayanan. Berdasarkan hukum Musa, sekaligus hukum dasar dari Kristus (ay. 3-14) mendapatkan nafkah dari pelayanannya itu sudah sewajarnya.
Akan tetapi rasul Paulus rela mengesampingkan hak-hak pribadinya itu. Salah satu alasannya, ia tidak ingin menghambat Injil Kristus (ay. 12b). Pada masa itu di kota-kota Yunani penuh dengan segala macam guru dan pengkhotbah keliling, yang kebanyakan pergi untuk mencari uang. Sayang sekali apabila pelayanan pemberitaan Injil kadang-kadang terhalang karena kita terlalu menekankan soal uang. Dunia yang belum diselamatkan ini yakin bahwa sebagian besar pengkhotbah dan hamba Tuhan hanya melibatkan diri dalam “usaha pemerasan agama” untuk mengumpulkan uang. Rasul Paulus tidak ingin dianggap seperti mereka sehingga merintangi pemberitaan Injil. Jadi, selain komitmen dan tekad, kerelaan hati untuk tidak mempertahankan kemuliaan, keuntungan pribadi, bahkan hak-haknya harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus sehingga dapat tetap setia mengabdi kepada Tuhan dalam segala keadaan. Adakah kita juga memiliki kerelaan hati “tidak mempertahankan hak” demi setia pada Kristus? (Bo@)
“Kristus Yesus lebih utama dari hak-hak kita”