“Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (Titus 2:14)
Bacaan : Titus 2:14
Sebuah renungan harian yang ditulis oleh MRD menceritakan demikian, “Wanita tersebut berpakaian compang-camping, tinggal di rumah yang ditempati oleh beberapa keluarga di tengah-tengah tumpukan sampah, dan menghabiskan banyak waktu dengan mengais-ngais tong sampah. Surat kabar lokal memuat ceritanya, yaitu setelah wanita yang di lingkungannya dijuluki “Mary Sampah” itu, masuk ke rumah sakit jiwa. Yang mengejutkan, di apartemennya yang kotor, polisi menemukan surat saham dan buku tabungan yang menunjukkan bahwa ia mempunyai sedikitnya uang sebesar satu juta dolar. Keadaan wanita ini sungguh menyedihkan. Namun, menurut cara pandang Allah ada lebih banyak contoh tragis mengenai orang “kaya” yang hidup di tengah “sampah”. Jika orang kristiani dikendalikan oleh nafsu, benci, iri hati, sombong, tidak sabar, atau kepahitan, maka mereka sebenarnya memilih untuk hidup di tengah sampah dunia”. Wanita yang diceritakan oleh MRD dengan sebutan “Mary Sampah” tidak sendirian. Ada beberapa orang yang memilih hidup sederhana, bahkan “memiskinkan diri” seolah tidak memiliki harta dan hidup sebagai peminta-minta. Namun sesungguhnya, mereka memiliki cukup bahkan banyak uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya setiap hari.
Mereka melakukan hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya: memang pribadi yang pelit, suka menerima belas kasihan dari orang lain, cinta uang, lebih suka menerima daripada memberi, tidak mau berbagi dengan orang lain, dsb. Rasul Paulus memberikan ajarannya kepada Titus agar menyadari kasih karunia Allah yang menyelamatkan dan bersedia menjadi umat kepunyaan Allah yang rajin berbuat baik. Paulus memotivasi Titus supaya terus berjuang menghadirkan kerinduan Allah sebagai orang-orang yang telah dibebaskan dari kejahatan dan telah dikuduskan oleh Allah. Umat yang dikuduskan oleh Allah memiliki ciri-ciri senantiasa rajin berbuat baik. Abdi-abdi Kristus masa kini perlu melihat dan mengoreksi diri, apakah sudah hidup sebagai umat Allah yang kudus dengan rajin berbuat baik? Atau, sesungguhnya masih hidup dengan pola dunia yang egois dan tidak peduli dengan sesama. (NLU)
“Umat Pilihan Pasti Rajin Berbuat Kebaikan”