“Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya.” (Yohanes 2:23)
Bacaan : Yohanes 2:23-25
Berapa harga sebuah mujizat? Barangkali, saudara-saudara akan heran mendengar pertanyaan tersebut. Ada sebuah kisah menarik dengan judul “Harga Sebuah Mujizat” yang disadur dari “Faith is: A Fantastic Adventure In Trusting Him”, demikian ceritanya: “Sally berumur 8 tahun, saat adiknya, Georgi, sedang sakit keras dan sudah diupayakan untuk diobati. Ia mendengar ayahnya berbisik dengan putus asa, “Hanya tinggal mujizat yang dapat menyelamatkan Georgi”. Sally mengambil tabungannya dan menghitungnya dengan teliti. Ia segera pergi ke apotik terdekat untuk membeli mujizat. Sang apoteker terheran-heran mendengar permintaan Sally. Sang apoteker berkata, “Maafkan saya, di sini kami tidak menjual mujizat. Saya tidak bisa membantumu”. Sally menjawab, “Saya mempunyai uang untuk membayarnya. Katakan saja kepada saya berapa harga mujizat itu?”. Saat percakapan tersebut berlangsung, Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah yang ternama bertanya kepada Sally, “Apa mujizat yang dibutuhkan adikmu itu?”. Sally menjawab dengan menangis, “Saya tidak tahu. Saya hanya tahu adik saya sakit keras dan orang tua saya tidak mampu membiayai pengobatannya. Tetapi saya punya uang untuk membayarnya”. Dr. Carlton membantu dengan mengoperasi dan mengobati Georgi, sehingga Georgi berangsur-angsur sembuh. Kesembuhan Georgi adalah sebuah harga mujizat yang dibayar oleh Sally seharga satu dolar dan sebelas sen, ditambah iman seorang gadis kecil.
Mujizat selalu menghadirkan kekaguman dan daya tarik yang besar, termasuk dalam kekristenan. Namun sejatinya, Tuhan Yesus tidak menghendaki banyak orang datang kepada-Nya, semata-mata karena mujizat yang dilakukan-Nya. Tuhan Yesus memanggil setiap orang datang kepada-Nya, didasari hasrat hati untuk mengenal dan percaya sepenuhnya kepada-Nya. Tuhan Yesus tahu kedalaman hati manusia, Ia tahu orang-orang yang datang kepada-Nya dengan tulus hati atau hanya sekedar mencari sensasi. Tuhan Yesus merindukan sebuah relasi yang penuh kasih dengan semua orang. Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah mencari dan menyembah Tuhan sebagai ucapan syukur, atau hanya haus akan mujizat-Nya? Kita baru sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus, ketika ada mujizat dalam hidup kita; atau kita yakin dan percaya bahwa berelasi dan mengenal-Nya adalah mujizat. (NLU)
“Mujizat Terbesar Adalah Percaya Sepenuh Hati Kepada-Nya”