“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.” (Ibrani 5:14)
Bacaan : Ibrani 5:14
Leonardo di ser Piero da Vinci, lahir di Vinci, provinsi Firenze, Italia, 15 April 1452. Ia adalah pelukis, pemahat/pematung, arsitek, penemu, penulis, filsuf, dan musisi Renaisans Italia. Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Mona Lisa dan Perjamuan Terakhir (The Last Supper). Ia juga dikenal karena mendesain banyak penemuan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi sayangnya jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna, serta prototipe pesawat, helikopter, dan lift. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, teknik sipil, bahkan kuliner. Sumbangan Leonardo da Vinci bagi seni, ilmu pengetahuan, dan keahlian teknik menempatkannya sebagai salah seorang yang jenius dalam sejarah dunia. Entah ia sedang menggambar pesawat terbang atau melukis Mona Lisa, ingatannya hidup, tajam penuh pengamatan, dan kreatif. Ia dipercaya membuat komentar berikut tentang mempertahankan ketajaman ingatan: “Besi menjadi berkarat karena tidak dipakai; air yang mandek akan kehilangan kemurniannya; … demikian juga tanpa kerja, daya ingatan seseorang akan melemah”.
Kita juga dapat mengalami kemandekan dalam hidup kristiani kita. Inilah yang terjadi pada para penerima surat Ibrani. Sang penulis surat Ibrani yang mendapat ilham dapat melihat gejala-gejalanya dan tahu bagaimana menyembuhkannya. “Makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang memiliki indra yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat.” (Ibrani 5:14). Kata “terlatih” berasal dari kata Yunani gymnasium. Kata ini berhubungan dengan gambaran kita mengenai olahraga yang dilakukan secara disiplin. Para atlet akan terus berlatih secara teratur agar menampakkan kemajuan kemampuan dalam cabang olahraga yang ia tekuni. Kehidupan kristiani adalah kehidupan yang bertumbuh dalam pengetahuan sehingga kita dapat belajar untuk memilih jalan yang benar. Kehidupan kristiani juga seperti kehidupan para atlet yang harus selalu berlatih dengan teratur agar menampakkan hasil kemajuan, pertumbuhan kerohanian. Sudahkah kita melatih kerohanian kita dengan menjaga kontinuitas kehidupan doa dan pembacaan firman Tuhan? (AP)
“Pertumbuhan Kerohanian Tidak Akan Terwujud Tanpa Adanya Latihan Kerohanian”