Allah Menampakkan Kekudusan-Nya
22/02/2021
Perabot Yang Berguna
24/02/2021

Mengejar Kekudusan

“Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibrani 12:14)

Bacaan : Ibrani 12:1-17

Ketika saya menempuh pendidikan S1 di Universitas Diponegoro Semarang, saya menjumpai pengalaman yang menarik tentang kelas perkuliahan. Ketika kelas-kelas perkuliahan wajib sudah diambil, maka mahasiswa diperhadapkan dengan kelas-kelas perkuliahan pilihan. Masing-masing mahasiswa memilih kelas sesuai dengan bidang minat. Maka kelompok-kelompok pertemanan yang sudah terbentuk, untuk sementara tercera berai saat perkuliaan.

Beberapa waktu yang lalu, saya dikejutkan dengan adanya satu kelas perkuliahan yang terdengar asing dan unik. Di Harvard University, kita dapat mengambil kelas yang membahas tentang  kebahagiaan. Kelas perkuliahan ini sangat populer dan diminati banyak mahasiswa. Kelas kebahagiaan ini rupanya menolong siswa untuk mengetahui “cara agar Anda merasa bahagia”. Kelas perkuliahan yang membahas kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang buruk. Sesungguhnya, dalam beberapa kesempatan, Alkitab bahkan menyarankan pentingnya merasakan kebahagiaan atau sukacita. Salomo mengatakan bahwa kita punya hak istimewa untuk merasakan kebahagiaan yang diberikan Allah (Pkh. 3:12; 7:14; 11:9). Meskipun begitu, terkadang kita terlalu berlebihan mencari kebahagiaan duniawi. Kita menganggapnya sebagai hal utama yang harus diraih, bahkan yakin bahwa kebahagiaan adalah tujuan utama Allah bagi kita. Lalu kita pun merasa bingung.

Firman Allah menyatakan bahwa kebahagiaan sejati dapat terwujud jika kita taat pada taurat Allah (Mzm. 1:1,2; Ams. 16:20; 29:18). Allah menuntut kekudusan dan memanggil kita untuk menjalani hidup yang kudus, yang mencerminkan karakter moral-Nya (1 Tes. 4:7; 2 Ptr. 3:11). Dalam surat pertama Petrus kita membaca, “Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Ptr. 1:15,16). Pada saat kita harus membuat keputusan mengenai bagaimana kita harus bertindak atau bagaimana kita harus menjalani hidup, maka kita harus ingat bahwa perintah Allah bukan “Bersenang-senanglah”, melainkan “Jadilah kudus”. (AP)

Sukacita Sejati Berasal Dari Hidup Yang Kudus Dan Menghormati Allah