Kasih Dalam Perbuatan
03/11/2020
Menerima Yang Ditolak
05/11/2020

Memperhatikan Orang Lain

“Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4)

Bacaan : Filipi 2:1-8

Jenderal Marquis de Lafayette adalah orang Perancis. Ia menolong Jenderal Washington ketika tiga belas koloni Amerika bertempur bagi kemerdekaan. Setelah perang, Lafayette kembali ke Perancis. Pada tahun 1824, ia mengunjungi Amerika. Seorang tentara tua datang kepadanya dan bertanya, “Apakah Anda ingat kepada saya?”. “Tidak”, jawab Lafayette. “Apakah Anda ingat akan embun beku dan salju di Lembah Forge?” tanya sang tentara. “Saya tidak akan pernah melupakan hal itu”, jawab Lafayette.

“Di suatu malam yang dingin”, lanjut si tentara, “Ketika Anda sedang berpatroli, Anda berjumpa dengan seorang prajurit jaga yang berpakaian sangat tipis. Ia akan mati kedinginan secara perlahan-lahan. Anda mengambil senjatanya dan berkata, ‘Pergilah ke pondok saya. Di sana Anda akan menemukan pakaian, sebuah selimut, dan perapian. Setelah menghangatkan diri Anda, bawalah selimut itu kepada saya. Sementara itu, saya akan berjaga-jaga di sini menggantikan Anda’. Ketika tentara itu kembali, Anda memotong selimut itu menjadi dua bagian. Anda menyimpan satu bagian. Bagian yang lain Anda berikan kepada tentara tersebut!”.

Air mata mengalir di pipi tentara tua itu ketika ia berkata, “Jenderal, ini adalah setengah selimut yang Anda berikan waktu itu. Sayalah prajurit yang nyawanya telah Anda selamatkan!”.

Harus kita akui, kecenderungan alami kita adalah pertama-tama memikirkan kepentingan diri sendiri, yaitu memandang segala sesuatu dari perspektif kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Namun dengan pertolongan Tuhan, kita dapat menghilangkan kebiasaan tersebut dan mulai memikirkan kepentingan utama orang lain, yang berupa keinginan, urusan, dan kebutuhan mereka.

Yesus pun telah memberikan teladan akan hal ini karena natur-Nya memang senantiasa lebih memikirkan orang lain daripada diri-Nya sendiri. Terbukti, Dia telah merendahkan diri-Nya dan “taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (ay. 8) demi memulihkan relasi yang rusak antara manusia berdosa dengan Allah.

Jadi, kita menjadi serupa dengan Yesus apabila kita lebih memikirkan orang lain daripada diri sendiri. Sudahkan kita memikirkan kepentingan orang lain hari ini? (Bo@)

“Semakin Besar Kasih Kita Kepada Tuhan, Semakin Besar Kasih Kita Kepada Sesama”