Maut Tidak Lagi Menakutkan
28/01/2020
Markus: Pribadi Yang Bangkit Dari Kegagalan
28/01/2020

Ketidaksetiaan Demas

“Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika.” (2 Timotius 4:10a)

Bacaan : 2 Timotius 4:10a

Salah satu tokoh Alkitab yang memiliki masalah dengan kesetiaan adalah Demas. Namanya hanya disebut tiga kali di Alkitab, yaitu di Kolose 4:14, Filemon 24, dan 2 Timotius 4:10. Kolose 4:14 mencatat, “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas”. Filemon 24 mencatat, “Dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku”. Dari kedua ayat ini, kita mendapati bahwa Demas adalah seorang pelayan Tuhan dan menjadi rekan sekerja rasul Paulus. Namanya disejajarkan dengan Lukas, merujuk bahwa pelayanan Demas menjadi bagian yang penting dalam pelayanan para rasul. Ia juga cukup terkenal di kalangan jemaat sebab setiap kali rasul Paulus menuliskan namanya, ia tidak memberikan keterangan apa-apa karena dirinya yakin para jemaat telah mengenal Demas.

Mengagetkan, ketika rasul Paulus di 2 Timotius 4:10a tiba-tiba memberikan informasi bahwa Demas sudah tidak setia lagi sebab ia telah mencintai dunia ini. Menarik untuk diperhatikan, kata “mencintai” di bagian ini menggunakan kata agapao, sebuah kata yang menggambarkan cinta yang mendalam. Kata yang biasanya dipakai untuk menggambarkan cintanya Tuhan kepada manusia berdosa. Sedangkan pengertian “dunia ini” juga dapat dipahami “dunia yang sekarang ini”. Keterangan waktu “sekarang” menunjukkan bahwa orientasi hidup Demas adalah masa kini, yaitu kehidupan yang sementara dan sia-sia. Demas tidak lagi setia adalah karena ia telah menaruh kasihnya pada hal-hal dunia sekarang ini.

Ketidaksetiaan Demas juga ditunjukkan dari arti frasa “meninggalkan aku”. Dalam bahasa aslinya, kata “meninggalkan” sering digunakan untuk menggambarkan seorang prajurit yang lari mendadak dari tugas kemiliterannya. Bukankah seorang prajurit sejati seharusnya berani mati demi sebuah tugas yang mulia bukannya malah kabur mendadak?

Kata terakhir yang menggambarkan ketidaksetiaan Demas adalah “Tesalonika”. Pada waktu itu kota Tesalonika merupakan kota perdagangan terbesar dan makmur. Sebuah kota yang menawarkan pekerjaan dengan gaji besar dan kekayaan. Tampaknya, di kota inilah Demas tergoda hingga ia tidak lagi setia kepada Tuhan yang telah menebus hidupnya. Kisah Demas mengingatkan kita bahwa banyak hal yang dapat kita cintai di dunia ini dan membuat kita meninggalkan cinta kita kepada Tuhan. Waspadalah! (Bo@)

“Ingatlah, kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan!”