“Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.” (Ibrani 5:11a)
Bacaan : Ibrani 5:11
Dalam bagian awal ayat 11, penulis surat kepada orang Ibrani mengatakan “Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan”. Apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh penulis surat Ibrani kepada orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen? Jawabannya ada dalam bagian sebelumnya yaitu pasal 4 ayat 14 sampai pasal 5 ayat 10. Penulis surat Ibrani ingin mengatakan, menyampaikan, menerangkan pemahaman yang mendalam tentang Kristus, khususnya tentang posisi Kristus sebagai Imam Besar. Penjelasan tentang Yesus sebagai Imam Besar tentunya bukan penjelasan yang mudah. Bagaimana mungkin Yesus Kristus yang bukan keturunan Harun bisa menjadi Iman Besar? Yesus memiliki garis keturunan suku Yehuda. Bukankah hanya mereka yang memiliki garis keturunan Harun yang dapat menjadi imam?
Penjelasan tentang Yesus Kristus sebagai Imam Besar ini sangat penting, terutama bagi orang-orang Kristen dengan latar belakang Yahudi. Dalam Yudaisme, ketika ibadah berlangsung, imam besar adalah perantara antara umat dengan Allah. Umat tidak bisa langsung berjumpa dengan Allah karena manusia yang berdosa tidak akan tahan terhadap kekudusan Allah. Setelah menjadi Kristen, orang-orang Yahudi perlu diberi pengajaran bahwa dalam ibadah Kristen tidak lagi diperlukan imam besar sebagai perantara antara manusia dengan Allah. Yesus Kristus adalah Imam Besar yang telah mengorbankan dirinya sebagai korban yang sempurna bagi pengampunan dan keselamatan orang-orang yang percaya kepadaNya. Tetapi pada kenyataannya, apa daya, penjelasan yang mendalam rasanya akan percuma karena para pendengar tidak dapat mengerti. Tidak dapat mengerti dalam artian tidak bisa memahami karena tidak mau berusaha memahami pengajaran-pengajaran yang berbobot. Mereka hanya mau mendengar sesuatu yang ringan, yang tidak perlu berfikir dalam untuk memahaminya. Akhirnya mereka sendiri yang rugi. Kerohaniannya tidak bertumbuh. Pertumbuhan kerohanian seseorang ditentukan oleh kesediaan belajar firman Tuhan secara mendalam. (AP)
“Sehebat Apapun Pengajarnya Tetapi Jika Yang Diajar Tidak Mau Belajar Maka Tidak Akan Ada Hasilnya”