“Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” (Lukas 10:33)
Bacaan : Lukas 10:25-37
Seorang pria yang telah menemukan tempat penampungan bagi seorang anak laki-laki gelandangan yang kotor sedang berjalan bersama sang anak tersebut. Ia dihentikan oleh seorang pria lain, yang setelah bercakap-cakap sejenak berkata, “Anda pasti tidak berjalan bersama anak laki-laki kotor ini sepanjang jalan, kan?”. “Mengapa tidak?” tanya sang pria. “Ia adalah teman saya”.
Sejatinya, belas kasihan itu tak berdiam diri saat melihat orang yang membutuhkan. Belas kasihan berarti bersedia terlibat dalam penderitaan orang lain karena tak kuasa meninggalkannya. Belas kasihan timbul dari hati yang terarah kepada Allah dan orang-orang yang sama-sama menjalani kehidupan ini. Belas kasihan adalah kasih yang ditunjukkan dalam perbuatan sebagaimana kisah Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati.
Kisah belas kasihan yang ada pada diri orang Samaria ini bukanlah belas kasihan yang berpangku tangan. Baginya, belumlah cukup untuk sekedar berkata, “Semoga cepat sembuh, semoga ada yang menolongmu”, tetapi saat hatinya tergerak, ia mengulurkan tangannya kepada orang malang ini. Lihatlah betapa baik hatinya orang Samaria ini!
Kisah Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati ini pun diakhiri dengan satu perintah, perintah yang juga ditujukan bagi kita semua: “Pergilah, dan perbuatlah demikian”. Jadi, mulai hari ini mari kita nyatakan belas kasih dalam perbuatan kita setiap hari. (Bo@)
“Belas Kasih Itu Harus Dipraktikkan”