“Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” (Maleakhi 2:15)
Bacaan : Maleakhi 2:10-16
Tema renungan SABDA Minggu ini adalah “Menghasilkan Keturunan Ilahi” yang bertujuan mengajak jemaat memahami bahwa Tuhan Allah membentuk keluarga supaya setiap keluarga menghasilkan keturunan Ilahi yang mengupayakan dan membawa kemuliaan Tuhan di bumi, yaitu menjadi berkat bagi keluarga, bangsa, negara, dan dunia; jemaat memahami secara praktis apa yang dimaksud dengan “keturunan ilahi” dalam kehidupan berkeluarga, yaitu generasi yang mengenal Tuhan dan melakukan kehendak-Nya; dan jemaat yang berkomitmen untuk menjadi abdi Tuhan yang berjuang di tengah kehidupan keluarga masing-masing menghasilkan generasi keturunan ilahi.
Apa artinya “keturunan ilahi” menurut Maleakhi 2:15? Mari kita melihat terjemahan Alkitab lainnya. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, frase “keturunan ilahi” diterjemahkan “satu benih dari pada Allah”. Versi Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini adalah “anak-anak yang menjadi umat Allah yang sejati”. Versi Alkitab Firman Allah yang Hidup adalah “anak-anak yang taat kepada TUHAN”. Versi Alkitab Versi Mudah Dibaca adalah “anak-anak yang kudus”. Berdasarkan beberapa terjemahan Alkitab di atas, maka “keturunan ilahi” berarti: satu benih dari pada Allah, anak-anak yang kudus, taat, dan menjadi umat Allah yang sejati.
Konteks Maleakhi pasal 2:10-16 adalah kemarahan Tuhan kepada bangsa Israel yang melakukan pelanggaran ganda serius terhadap hukum Allah: menceraikan istri mereka kemudian menikahi wanita asing yang tidak mengenal Tuhan (ay. 14). Tuhan membenci perbuatan yang mementingkan diri ini dengan menyatakan bahwa Dialah yang mempersatukan suami dengan istri (ay. 15) sebagai “satu daging” (Mrk. 10:2-9).
Pernikahan adalah hubungan perjanjian di hadapan Allah. Kesatuan seorang laki-laki dan perempuan menjadi satu daging dimaksudkan Allah untuk menghasilkan umat perjanjian kudus, yang setia kepada-Nya. Tindakan berdosa bangsa Israel tersebut akan menghancurkan persekutuan sejati dalam keluarga umat Allah. Tujuan pernikahan kudus untuk menghasilkan keturunan ilahi pun menjadi rusak. Semestinya, hidup pernikahan kristiani adalah pernikahan yang diisi kasih Tuhan dan harus dipertahankan kelanggengannya di dalam firman Tuhan. Sudahkah pernikahan kita adalah pernikahan yang demikian? (Bo@)
“Allah Merindukan Bangkitnya Generasi Ilahi Di Zaman Ini”