“Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.” (Daniel 1:12-13)
Bacaan : Daniel 1:9-13
Jika kita amati dengan cermat tentang kisah Daniel dalam istana Kerajaan Babel, memang ada banyak hal yang dapat kita pelajari. Tetapi satu hal yang sering luput dari pengamatan kita adalah tentang kepribadian seorang Daniel. Dalam kisah Daniel pada masa awal berada di istana babel, kita dapat melihat: ketegasan, keberanian, dan pendirian Daniel. Sosok Daniel adalah teladan nyata bagaiamana berpegang pada prinsip walaupun hidup di tengah masyarakat penyembah berhala. Alkitab mengatakan pada kita bahwa Daniel “berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya” dengan makanan dan minuman yang dinyatakan terlarang oleh Allah bagi orang Yahudi, sehingga ia meminta agar para penawannya itu memberinya menu yang lain (Daniel 1:8).
Satu hal yang baru saya sadari ketika membaca ulang kisah ini adalah: Daniel tidak menyilangkan tangan dan menolak untuk makan dengan tidak sopan, tetapi ia meminta izin untuk mendapatkan menu yang lain. Tatkala sang pegawai istana menolak, Daniel tidak berputus asa dan mengajukan permintaan itu dengan sopan kepada orang lain: “Adakanlah percobaan dengan hamba-hamba-mu ini selama sepuluh hari” (ayat 12).
Kita dapat belajar dari kepribadian Daniel, berdiri dengan teguh bagi Allah dengan cara meminta izin dengan sopan dan tidak menuntut. Tak ada sedikit pun kecongkakan dalam perilakunya. Kelemahlembutan dan sopan santun harus menjadi ciri kesaksian kita kepada dunia yang belum percaya. Kita tidak bermaksud mengkompromikan komitmen kita kepada Kristus, tetapi kita harus selalu siap sedia menjawab setiap orang yang bertanya tentang pengharapan yang kita miliki. Oleh karena itu, kesaksian kita bagi Kristus harus dihidupi dan diucapkan dengan berani, tetapi disertai dengan kelemahlembutan dan kesopanan. Apabila Saudara dalam hari-hari ini sedang dituntut untuk memegang pendirian Anda, teladanilah keberanian dan kesopansantunan Daniel. (AP)
“Sopan Santun Juga Diperlukan Dalam Mempersaksikan Dan Mempertahankan Iman”