“Selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.” (Kisah Para Rasul 20:23,24)
Bacaan : Kisah Para Rasul 20:17-25
Seorang penulis Kristiani bernama Vernon Grounds pernah menuliskan sebuah pertanyaan retoris dalam sebuah renungan: “Bagaimana reaksi Saudara terhadap kejadian-kejadian yang tragis? Bagaimana tanggapan Saudara saat pengalaman yang membingungkan menimpa hidup kita dan menciptakan suasana kelam dan murung?”. Kemudian Ground menjawab: “Kita mungkin cenderung panik atau putus asa”. Rasanya apa yang ditanyakan dan dijawab sendiri oleh Ground juga menjadi jawaban kita. Ketika kesusahan hidup datang, kepanikan dan keputusasaan biasanya muncul dalam diri kita. Keteguhan hati kita menjadi goyah ketika badai kesukaran melanda.
Dalam sejarah Amerika Serikat ada seseorang yang bernama Abraham Davenport yang dikenang sebagai inspirator keteguhan hati. Pada tanggal 19 Mei 1780, telah terjadi sebuah fenomena yang misterius di sebagian wilayah Amerika Serikat. Kegelapan yang pekat (barangkali disebabkan oleh asap kebakaran hutan dan kabut tebal) menutupi seluruh daerah New England. Banyak orang diliputi ketakutan dan mengira dunia akan kiamat. Pada siang hari itu, Parlemen Connecticut sedang mengadakan sidang dan banyak anggota parlemen mendesak agar sidang tersebut ditunda dahulu. Namun, Abraham Davenport berkata kepada rekan-rekannya, “Saya tidak menyetujui penundaan. Hari Penghakiman mungkin sudah tiba, mungkin juga belum. Jika belum, maka tidak ada alasan untuk melakukan penundaan; jika sudah, saya memilih untuk didapati sedang melakukan tugas saya. Karena itu, saya harap lilin-lilin disiapkan”.
Rasul Paulus memiliki ketetapan hati yang serupa. Meskipun harus mengalami kesulitan dan perlawanan yang hebat, serta mendengar berita buruk tentang apa yang akan dialaminya, ia tetap bertekad untuk menyelesaikan pelayanannya dengan sukacita (Kisah Para Rasul 20:24). Oleh karenanya, dengan keteguhan hati di dalam Tuhan, marilah kita tetap teguh dalam melayani-Nya, menuntaskan tugas pelayanan kita dengan sukacita walaupun keadaan tidak mudah. (AP)
“Tuntaskan Tugas Pelayanan Kita Dengan Keteguhan Hati Dan Sukacita”