“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ulangan 6:7)
Bacaan : Ulangan 6:1-9
Saat menjabat sebagai Presiden Princeton University, Woodrow Wilson pernah diminta berbicara kepada para orang tua. Katanya, antara lain: “Saya mendapatkan banyak surat dari Anda-Anda, para orang tua, tentang anak-anak. Anda ingin tahu mengapa kami di Princeton tidak dapat berbuat lebih banyak bagi mereka, tidak dapat membangkitkan lebih banyak kebaikan dari mereka. Izinkan saya menjelaskan alasannya. Mungkin Anda akan terkejut sedikit, tetapi saya tidak bermaksud kasar. Alasannya karena mereka anak-anak Anda sekalian, dibesarkan di rumah Anda sekalian, darah daging Anda sekalian. Mereka telah menyerap idealisme di rumah tangga Anda sekalian. Anda sekalianlah yang telah membentuk mereka. Di tahun-tahun pembentukan mereka itu, Anda sekalian telah selamanya meninggalkan bekas pada diri mereka”.
Menurut saya, apa yang dimaksudkan Woodrow Wilson tersebut adalah bahwa anak cerminan pribadi orang tuanya. Saat masih kecil, seorang anak belajar dari lingkungan sekitarnya dan lingkungan terdekat adalah keluarga. Anak melihat apa yang dilakukan orang tuanya, mencontoh kebiasaan-kebiasaan mereka, dan merekam kata-kata yang diucapkan. Orang tua menjadi sumber nilai bagi anak hingga ia tumbuh dewasa.
Menyadari bahwa Tuhan menghendaki setiap anak sebagai keturunan ilahi serta anak adalah cerminan pribadi orang tua, maka penting bagi setiap orang tua untuk mendidik dan memenuhi kebutuhan anak dengan dasar yang benar sesuai firman Allah dalam Ulangan 6. Setiap orang tua harus membawa setiap anak ke dalam tangan Tuhan melalui pengajaran-pengajaran yang diberikan. Setiap orang tua harus memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya sesuai firman Tuhan, baik itu melalui sikap dan tindakan dalam keseharian sehingga menjadi panutan yang baik bagi tumbuh kembang anak dari segi jasmani maupun rohani.
Oleh sebab itulah, kita takkan pernah dapat mengharapkan seorang guru, pendeta, pembimbing, penasihat, teman, atau guru Sekolah Minggu, untuk memberikan kepada anak-anak kita, apa yang hanya dapat diberikan dan dilakukan oleh kita sebagai orang tuanya. Sebab orang tua adalah “bintang” utama dalam kehidupan anak-anaknya, sementara yang lain hanyalah pemeran pembantu. (Bo@)
“Para Orang Tua Berhati-Hatilah, Anak Melihat Anak Melakukan!”