“Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12:10)
Bacaan : 2 Korintus 12:9-10
Sebuah renungan di alkitab.sabda.org, dituliskan demikian: Ketika kami sekeluarga sedang berada di Disney World, Tuhan memberikan berkat sederhana-Nya bagi kami. Disney World adalah tempat sangat luas — 43,3 hektar tepatnya. Anda dapat mengelilinginya selama berhari-hari tanpa berjumpa dengan orang yang Anda kenal. Saat itu saya dan istri memutuskan untuk berpisah dari anak-anak, sementara mereka mencoba wahana permainan yang mengasyikkan bagi mereka. Kami berpisah pukul 09.00 dan merencanakan untuk berkumpul kembali pada pukul 18.00. Pada pukul 14.00, saya dan istri ingin sekali makan taco (makanan dari Meksiko). Lalu kami melihat peta dan menuju anjungan Spanyol untuk menikmati masakan Meksiko. Baru saja kami duduk dan menikmati makanan, kami mendengar, “Hai Ma, hai Pa”. Ternyata pada saat yang sama, ketiga anak kami juga sedang menyantap burrito panas. Sepuluh menit setelah kami berkumpul, datanglah topan di tempat itu disertai angin yang kencang. Hujan lebat pun menyapu, diiringi guntur yang menggelegar. Istri saya kemudian berkata, “Aku pasti akan sangat khawatir jika anak-anak tidak bersama kita saat ini!” Sepertinya Allah telah merancangkan pertemuan kami sekeluarga.
Ilustrasi di atas merupakan peristiwa sehari-hari yang bisa terjadi dalam kehidupan siapa pun, terpisah dengan keluarga, sanak saudara, serta mengalami kekhawatiran. Namun, sesungguhnya sangat banyak peristiwa kehidupan yang menakutkan karena di luar kendali dan kemampuan untuk mengantisipasinya. Misalnya: sakit parah secara tiba-tiba, ekonomi keluarga menjadi berantakan karena ditipu teman, gudang persediaan dilalap api, menghadapi kematian tiba-tiba dari orang-orang terkasih, dsb. Rasul Paulus, seorang pemberita Injil yang besar, tidak luput dari pergumulan. Namun, ia sampai pada pemahaman bahwa rancangan Tuhan dalam dirinya adalah yang terbaik. Ia berkata, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku”. Murid atau abdi Kristus semestinya tidak menjadi lemah dan berputus asa, ketika beban pergumulan datang, melainkan semakin bersandar kepada Tuhan. (NLU)
“Rancangan-Nya Adalah Membentuk Abdi-Abdi Kristus Yang Kuat”